Jobnas
Menu CV Maker Menu

WFH

Ghufron Writer Ghufron Writer
8 bulan yang lalu

Jobnas.com-Apabila kamu sedang merasa gelisah dan bosan saat harus bekerja dari rumah, barangkali kamu sedang mengalami masalah Cabin Fever. Jadi, Cabin Fever merupakan salah satu problem yang kerap kali mengancam para pekerja di saat WFH, lho. 

Lantas, apa sih sebenaranya Cabin Fever itu? Mengapa masalah semacam ini mesti terjadi ? Di artikel ini Jobnas.com akan menguraikannya untuk mu. Yuk, simak sampai tuntas !

Apa itu Cabin Fever ?

Menurut Healthline, secara definitif cabin fever adalah perasaan-perasaan yang muncul yang diakibatkan karena terlalu lama berada di suatu tempat terisolasi, karena hal-hal tertentu.

Bisa jadi, seseorang dapat mengalami perasaan-perasaan negatif seperti gelisah, sedih, hingga bosan karena berada di rumah terlalu lama

Istilah ini sebelumnya dikaitkan dengan orang-orang yang terkurung di rumah akibat musim dingin membatasi aktivitas di luar rumah. Seperti dilansir dari Kompas,  merasa terputus dari “dunia luar” juga bisa menyebabkan munculnya cabin fever.

Baca Juga: Sender Reputation, Sebuah Gambaran atas Kualitas di Mata Pelanggan

Ciri-ciri Mengalami Cabin Fever 1. Pola tidur tak teratur

Pola tidurmu semakin tidak teratur menjadi salah satu ciri kamu sedang mengalami cabin fever. Kamu akan semakin sulit untuk tidur di malam hari, dan semakin sulit untuk bangun di pagi hari. Bahkan, karena merasa lelah, kamu bisa tertidur di tengah hari. Barangkali kamu sedang mengalami Cabin Fever apabila kamu mengalami ciri-ciri semacam itu. 

2. Sulit Fokus

Pandemi Covid-19 berdampak pada segala hal, dari tata kehidupan, hingga mata pencarian. Berbagai berita yang muncul di media pun sebagian besar adalah berita buruk yang semakin berdampak pada kesehatanmu. 

Kamu pun juga dituntut untuk dapat bekerja dengan baik. Hal ini tentu menjadi beban pikiran tersendiri untuk seseorang sehingga tak heran jika mereka menjadi sulit fokus. Mereka akan selalu terbebani dengan pikiran yang muncul akibat pemberitaan tersebut. 

3. Mudah Lupa

Sering lupa menjadi ciri berikutnya yang muncul apabila kamu mengalami cabin fever. Hal ini disebabkan karena kecemasan dapat mempengaruhi memori. Menurut Calm Clinic, hal ini dikarenakan diproduksinya hormon stres yang mengakibatkan sulit mengingat hal-hal tertentu.

Baca Juga: Cek Kartu BPJS Kesehatan Aktif Atau Tidak

Selanjutnya, berhubungan dengan poin sebelumnya yaitu sulit fokus, ini juga membuatmu jadi lupa akan sesuatu. Pikiranmu menjadi terdistraksi dan sulit mengingat suatu peristiwa, perkataan, dan sebagainya.

4. Emosional

Kamu menjadi lebih emosional menjadi ciri lain kamu sedang mengalami cabin fever. Karena minimnya interaksi, kamu jadi memiliki ekspektasi lebih terhadap sesuatu. Hal inilah yang membuatmu dapat menjadi lebih emosional bahkan mudah tersinggung.

Hal yang Bisa Kamu Lakukan 1. Ke Luar Rumah

‘Ke luar’ rumah menjadi cara pertama yang bisa kamu lakukan untuk menanggulangi cabin fever. Memang, pandemi menuntut kita untuk tetap di rumah agar penyebarannya dapat berkurang.

Dengan kata lain, maksud dari ke luar rumah di sini bukanlah untuk liburan ke objek wisata atau sejenisnya, namun kamu bisa dengan bersantai di teras rumah, bermain di kebun, dan sebagainya.

Bahkan, merawat tanaman juga termasuk salah satu yang disarankan agar kamu bisa merasakan interaksi dengan ‘dunia luar’. 

2. Miliki Rutinitas

Berikutnya, kamu dapat menjalankan suatu rutinitas baru yang selama ini belum sempat kamu lakukan.Nah, kamu pun bisa memanfaatkan waktu yang biasanya kamu luangkan untuk perjalanan ke kantor dan pulang, lho.  Misalnya, setelah bangun pagi kamu dapat berolahraga sejenak, menulis diari atau jurnal, dan sebagainya. 

3. Jaga Hubungan Sosial

Sebagai makhluk sosial, kamu perlu untuk menjaga hubungan sosial agar tidak merasakan jenuh dan cemas kala di rumah saja. Apabila biasanya kamu dapat bertemu dengan teman di suatu tempat, kali ini kamu dapat melakukannya secara virtual, lho. Tak ada salahnya bertelepon atau video call dengan teman lama di luar jam kantor agar interaksi sosial tetap terjaga.

4. Nikmati ‘me time’

Selanjutnya, ‘me time’ menjadi hal yang perlu kamu lakukan. Bisa dibilang me time ini adalah waktu untuk memberikan dirimu kebebasan dari apapun. Banyak hal yang bisa kamu lakukan untuk menikmati me time, mulai dari mematikan notifikasi handphone, membaca buku, atau bahkan bisa menjalankan hobi lainnya.  Hal ini tentu saja dapat membuat perasaan negatif yang kamu rasakan menjadi sedikit terkurangi.

Baca Juga: Agar Kamu Tidak Stres, Ini Dia 5 Tips Menghadapi Atasan Gila Kerja

Nah, demikianlah penjelasan Jobnas.com mengenai beberapa ha tentang cabin fever. Apabila kamu tertarik dengan informasi serupa, kamu bisa membaca artikel Jobnas.com lainnya, lho.

Iwan Bisa Iwan Bisa
8 bulan yang lalu

Jobnas.com - (WFH) bekerja di rumah dengan anak memang tidak mudah. Jika Anda seorang ibu pekerja WFH, di sini Jobnas punya beberapa tips untuk Anda. Kondisi ini bisa membuat Anda bingung ketika harus membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Meskipun Anda memiliki jam kerja, Anda tetap bertanggung jawab untuk memasak, membersihkan rumah, dan mengurus anak. Untuk mengimbanginya, baca beberapa tips dari Jobnas di bawah ini!

1. Bangun Lebih Awal

Jam berapa Anda bangun setiap pagi? Pukul berapa kamu mulai bekerja? Jika Anda berdua pendek, pertimbangkan untuk bangun lebih awal. Bangunlah jika anak belum bangun. Anda dapat menggunakan waktu ini untuk memasak dan menyiapkan kebutuhan hari itu. Tips dari WFH ini bisa membantu ibu lebih fokus bekerja saat jam kantor.

2. Berkomunikasi dengan Anak dan Rekan Kerja

Menyeimbangkan pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah memang tidak mudah. Namun, Anda tidak harus menyimpannya sendiri. Kiat gemerlapnya Anda dapat memberi tahu rekan kantor Anda bahwa Anda melakukan WFH sebagai ibu yang bekerja. Oleh karena itu, terkadang Anda tidak dapat segera membalas pesan mereka. Selain itu, Anda juga perlu menjelaskan kepada anak Anda bahwa Anda punya waktu untuk bekerja.

3. Gunakan dengan Baik Saat Anak Tidur Siang

Selama jam kerja, anak mungkin membutuhkan bantuan Anda. Jadi mungkin Anda tidak 100% fokus pada pekerjaan Anda. Oleh karena itu, tips WFH untuk ibu bekerja selanjutnya adalah memanfaatkan waktu tidur anak sesuai anjuran orang tua. Saat anak sedang tidur, Anda bisa lebih fokus pada tugas kantor. Jadi gunakan waktu ini untuk menyelesaikan semua pekerjaan Anda, bukan?

4. Belanja Mingguan

Setiap hari berbelanja di pasar atau supermarket menyita banyak waktu. Jika Anda lebih pintar, Anda bisa membeli kebutuhan rumah tangga mingguan atau bulanan. Rencanakan apa yang akan Anda masak selama seminggu. Kemudian berbelanja untuk semua hal penting selama akhir pekan. Jadi Anda tidak perlu menyempatkan waktu setiap hari untuk pergi ke pasar atau supermarket.

5. Siapkan Mainan atau Hiburan

Tips lain bagi ibu bekerja yang melakukan WFH adalah dengan membuat mainan. Tentunya hal ini juga berlaku bagi ibu yang memiliki anak kecil atau bayi. Dipinjam dari PowerToFly, tips ini akan membuat anak-anak sibuk dan terhibur selama berjam-jam. Dengan cara ini Anda bisa lebih fokus pada pekerjaan tanpa mengkhawatirkan anak Anda. Namun, jika anak Anda sudah cukup besar, Anda dapat menyarankan atau menawarkan bentuk hiburan lain. Anda bisa mengajaknya membuat kerajinan tangan, berkreasi, atau belajar hal baru.

6. Beristirahat Sejenak

YourStory menawarkan tips untuk ibu WFH yang bekerja. Salah satunya istirahat sejenak. Itu berarti Anda harus memecah pekerjaan Anda menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Di antara tugas-tugas kecil ini, Anda dapat meluangkan waktu untuk memperhatikan anak Anda.

Anda bisa memasak, melihat apa yang mereka lakukan, bertanya tentang tugas sekolah mereka, dll. Setelah menyelesaikan berbagai aktivitas tersebut, Anda bisa fokus pada tugas selanjutnya.

7. Sesuaikan Jam Kerja dengan Keluarga

Setiap keluarga memiliki jam buka sendiri. Itu sebabnya Anda harus menyesuaikannya dengan jam kerja Anda. Contoh: Anak Anda pergi ke sekolah dari jam 7:00 pagi. sampai jam 1 siang. Ini memungkinkan Anda untuk fokus pada pekerjaan sementara anak belajar.

Di akhir tahun ajaran, Anda bisa meluangkan waktu untuk menyiapkan makan siang untuknya dan rekannya. Bahkan, Anda bisa makan siang bersama mereka.Selalu rencanakan pekerjaan Anda di sekitar aktivitas keluarga. Dan sebaliknya. Jadi tips ini akan bekerja dengan baik untuk ibu yang bekerja seperti Anda.

Dengan bantuan tujuh tips di atas, kini Anda dapat menyeimbangkan waktu dan energi antara pekerjaan dan rumah. Jadi tidak ada satupun yang luput dari perhatian Anda. Namun, jika kamu masih memiliki kekhawatiran untuk bekerja di rumah, kamu bisa menanyakannya di channel komunitas WFH Jobnas! Yuk mulai dari sekarang Juga!

Ghufron Writer Ghufron Writer
8 bulan yang lalu

Jobnas.com-Ada yang menganggap bahwa jika WFH kita bisa mulai kerja kapan saja karena pekerjaanya pasti lebih mudah, ada pula yang menganggapnya tidak demikian. Sehingga, banyak mitos yang berkeliaran tentang tren work from home alias WFH. Nah, di artikel ini Jobnas.com akan mengupas tuntas ihwal kebenaran dari berbagai mitos soal WFH yang ada di luar sana!

Berbagai Mitos tentang WFH yang Sebetulnya Keliru

Memang menguntungkan jika kita bekerja dari rumah. Sebab, untuk bisa naik angkutan umum di pagi buta, kita pun tidak perlu terlalu berjibaku dengan lautan pekerjaan lain. 

Selain itu, kita juga tidak perlu mengeluarkan ongkos pulang-pergi yang kadang bisa bikin meringis. Dari sinilah WFH kerap kali disanjung-sanjung. Di satu sisi, tidak jarang orang yang salah paham mengenai budaya kerja yang satu ini. 

Hasilnya, timbullah banyak mitos soal work from home yang sebetulnya kurang tepat.

1. WFH bukan jaminan kerja santai

“Jika tidak di kantor, bagaimana kita bisa fokus menyelesaikan pekerjaan?” ketika membicarakan WFH,  hal tersebut menjadi kekhawatiran yang ada di benak banyak orang. Meski begitu, hanya karena secara fisik kita tidak ada di kantor, bukan berarti beban pekerjaan jadi lebih ringan dan bisa leha-leha.

Realitanya, ketimbang di kantor,  beban kerja saat WFH seringkali malah lebih berat. Hal ini disebabkan karena kita tidak mau dituntut untuk serba mandiri. Pasalnya, kita perlu menciptakan ruang kerja sendiri, mengatur jadwal kerja sendiri, menyediakan teknologi dan sumber daya sendiri, sampai menciptakan dan mematuhi batasan yang dibuat sendiri.

Baca Juga: SEO Audit, Optimalkan Kinerja Website di Halaman Pencarian

Di samping itu, kita masih memiliki tanggung jawab untuk bekerja sesuai dengan standar kinerja yang sama, meski tidak sambil benar-benar diawasi atasan. Karena kita sudah diberi banyak kepercayaan, mungkin  atasan bahkan mengharapkan kita menunjukkan performa yang lebih bagus lagi.

Oleh karena itu, adalah salah besar mitos yang bilang pekerjaan work from home pasti santai. Kombinasi antara tuntutan kerja dan tanggung jawab yang makin tinggi justru membuat kita sering lembur di rumah, yang meningkatkan risiko burnout lebih besar.

2. WFH tak Menjamin Work and Life Balance

Ini masih berkaitan dengan mitos work from home yang pertama. Rutinitas kerja di kantor memang dapat menjauhkan kita dari kehidupan pribadi. Tidak jarang, kan, kamu harus membatalkan acara keluarga atau menunda hangout bersama teman karena pekerjaan di kantor terus meneror?

Nah, tidak jarang orang menganggap bahwa ketika sudah kerja di rumah sendiri mengatur dua dunia ini seharusnya jadi lebih mudah. Dari yang tadinya kita selalu absen di rumah, sekarang malah setiap hari di rumah saja. Kamu akan selalu siap siaga buat anggota keluarga yang membutuhkan. Betul?

Padahal tidak selalu demikian adanya.  Meski ceritanya kerja di rumah, kamu tetap harus benar-benar bekerja seperti waktu di kantor. Akan tetapi tidak bisa disangkal juga, pasti ada saja gangguan selama kamu kerja di rumah. Bahkan, gangguan ini bisa lebih banyak daripada sewaktu di kantor.

Kamu mungkin harus menghadapi anggota keluarga yang meminta tolong, tumpukan piring kotor yang belum dicuci seminggu, atau peliharaan di rumah yang minta makan. Batasan antara waktu bekerja dan urusan rumah tangga yang menjadi kabur ketika WFH inilah yang membuat mitos tersebut kurang tepat. Kehidupan kantor dan rumah bisa semakin tercampur aduk dan tidak ada bedanya jika tidak dikelola dengan baik, alih-alih seimbang.

3. WFH Tak Selalu Bikin Kesepian

Ketika semua teman di rumah masing-masing tentu akan sulit bagi kamu yang senang mengobrol dengan teman-teman kantor. Akan tetapi, dikutip dari Life Savvy, kerja sendirian di rumah bukan berarti kamu pasti kesepian. Mitos work from home ini bisa kamu patahkan jika kamu tahu caranya.

Baca Juga: Di Balik Suksesnya Penjualan Produk, Ada Profesi Canvasser

Langkah yang bisa kamu lakukan adalah dengan membuat online conference untuk makan siang bersama teman-teman kantor sesekali. Kalian juga bisa saling bertukar kirim makanan untuk dinikmati selama ngobrol santai. Alternatifnya, kamu bisa ikut kelas olahraga online atau kelas hobi-hobi seru lainnya untuk sekaligus menambah kenalan. Ada banyak cara mudah untuk mewarnai hari-hari WFH-mu, jadi jangan percaya mitos ini, ya!

4. WFH Tak Berarti Bisa Mulai Kerja Kapan Saja

Bukan berarti kita bisa seenaknya atur jam kerja sendiri meski work from home. Meski kita di rumah saja, kewajiban untuk masuk kerja tepat waktu sesuai aturan kantor tetap berlaku. Oleh karena itu, bukan berarti kamu bisa bangun jam 11 dan baru buka laptop jam 1 karena ingin makan siang dulu, lho! 

Apabila kantor kamu mewajibkan setiap karyawan untuk masuk kantor pukul 9 pagi, jam kerja kamu saat WFH pun mulai di waktu yang sama.  Di samping itu, mitos work from home yang satu ini juga tidak mempertimbangkan jadwal rekan kerja yang lain.

Ketika kamu bangun siang atau tiba-tiba menghilang tanpa kabar dan ada rekan yang membutuhkan bantuanmu, mereka bisa sangat kelimpungan. Begitu pun sebaliknya. Kamu masih akan butuh berkomunikasi dengan orang lain selama bekerja. Setiap orang dalam tim memiliki jadwal kerja dan rencananya masing-masing. Oleh karena itu, untuk memudahkan semua pihak, menerapkan jam kerja yang sama seperti waktu di kantor sangat penting dilakukan.

5. Meeting Online Tetaplah Meeting

Meeting tatap muka menjadi entitas tak terpisahkan dari budaya kerja, baik itu meeting intradepartemen, antardepartemen, town hall meeting, atau bahkan meeting dengan klien.

Kamu setidaknya bisa menghadiri 2-3 kali meeting dalam seminggu di kantor. Nah, budaya meeting ini mau tidak mau pasti akan ikut terbawa ketika kita WFH. Bedanya, meeting dilakukan secara online via aplikasi konferensi semisal Zoom, Google Meets, atau Skype.

Meski begitu, tak jarang yang memandang sebelah mata keseriusan dari meeting online ini. Alasannya tak lain karena meeting dianggap tidak pas kalau tidak bertatap muka langsung. Mitos WFH ini tidak sepenuhnya tepat. Menurut Inc, apa pun mediumnya, meeting tetap sah dilakukan jika memang bersifat penting atau genting.Apa pun keputusan yang lahir dari meeting virtual itu tetap berlaku valid, dan wajib di-follow up perkembangannya. 

Baca Juga: Dampak Perppu Cipta Kerja bagi Pekerja

Demikianlah penjelasan singkat Jobnas.com mengenai berbagai mitos tentang kerja di rumah yang tidak sepenuhnya benar. Apakah kamu sempat percaya mitos-mitos tersebut?

Iwan Bisa Iwan Bisa
1 tahun yang lalu

Jobnas.com - Di era yang serba digital seperti sekarang ini tentunya sangat mudah dalam mencari relasi. Namun perlu kalian ketahui ada kesalahan dalam jaringan virtual yang sering kita buat secara tidak sengaja yang bisa sangat merugikan.

Jika kalian membiarkanya secara terus menerus, kalian tidak akan dapat memperoleh manfaat yang penuh dari networking tersebut.

Jika kalian sudah menjalin hubungan baik dengan kenalan baru, tapi kalian tidak bisa membuka peluang sama sekali karena melakukan kesalahan. Tentu kalian tidak menginginkan itu, bukan?

Oleh karena itu, Jobnas telah menyediakan daftar hal-hal yang harus dihindari saat terhubung ke jaringan virtual.

1. Kirim Permintaan di LinkedIn Tanpa Pesan

Di bagian pertama ini saya kan menjelaskan kesalahan paling umum saat menjalankan jaringan virtual. Yaitu, mengirim permintaan ke LinkedIn, tetapi tidak mengirim pesan sama sekali.

Bisa kalian bayangkan, orang-orang yang cukup terkenal di dunia profesional pasti memiliki puluhan, bahkan ratusan permintaan koneksi setiap harinya.

Jika kalian tidak menambahkan pesan atau notifikasi, apa yang membedakan kalian dari pengguna yang lain?

Sedangkan, LinkedIn di sini merupakan platform yang bisa menjembatani kalian untuk bertemu orang-orang dari berbagai bidang keahlian.

2. Setelah "berteman" Memutus Koneksi

Kesalahan yang kedua, ialah kalian harus tahu bagaimana menjaga hubungan jaringan lebih dari sekadar membangun hubungan baru.

Lohikny begini, Apa gunanya mencari teman baru, dan hubungan yang baru, akan tetapi tidak pernah berbicara atau setidaknya mendiskusikan sesuatu?

Kalau memang berat untuk melanjutkan pembicaraan, coba saja ikuti topik yang dibahas tadi. Selain itu, pastikan kalian memiliki dialog dan bukan monolog yang membuat lawan bicara merasa malas.

3. Terlalu Banyak Meminta Bantuan

Kesalahan jaringan virtual yang ketiga, ialah meminta terlalu banyak bantuan, biasanya kalian dengan tanpa disengaja tidak mengetahui bahwa hal tersebut adalah sebuah kesahalan yang telah diperbuuat.

Perlu kalian ingat setiap kalian menginginkan hubungan atau jalinan yang profesional, percakapan perlu kalian ubah, jangan samakan saat berbicara ketika kalian berbicara dengan kenalan barunya.

Jika kalian merasa tertarik dengan sebuah perusahaan dan kemudian ingin mempelajari pengalaman kerja para karyawannya? Jika itu pertanyaannya maka tidak masalah. Permintaan bantuan yang harus dihindari antara lain meminta data perusahaan, mewawancarai seluruh karyawan, dan hal-hal lain yang dapat menimbulkan masalah.

4. Ambil Pendekatan Paling Umum

Kesalahan yang keempat saat berjejaring adalah mengirimkan pesan yang terlalu generik atau umum, baik melalui email, LinkedIn, atau sarana lainnya.

Pesan umum yang disebutkan di sini bisa seperti boilerplate dan dikirim ke banyak orang, hanya mengubah namanya.

Jika saya mengutip pernyataan Lital Marom, pendiri UNFOLD Media Group, di Forbes, pertama-tama penting untuk melihat profil orang tersebut, mempelajari lebih lanjut tentang mereka, dan kemudian mengirim pesan.

Mungkin ada hal-hal menarik yang menjadi ketertarikan bersama, sehingga perbincangan menjadi semakin menarik. Pengirimnya pasti akan lebih senang jika pesannya lebih personal dan tidak seperti stereotype, lho.

5. Tidak Memperhatikan Penampilannya Selama Acara Berlangsung

Jika kita berbicara tentang berkirim pesan lagi, kali ini kesalahan sering dilakukan di acara jejaring virtual. Semua orang menyalakan kamera, mendengarkan orang lain dan menunggu giliran mereka.

Yang sering menjadi permasalahan, banyak orang yang menyepelekan cara pandang mereka di depan kamera, "Ah, itu hanya virtual." Dengan begitu maka hasilnya adalah bentuk yang tidak rapi, background yang berantakan, dan tampilan yang tidak profesional.

Ini adalah lima kesalahan paling umum saat menghubungkan ke jaringan virtual. Setelah kalian mengetahuinya lewat artikel ini, usahakan untuk menghindarinya. Usahakan untuk selalu berusaha profesional, tapi jangan terlalu kaku juga.

Baca juga: Ethical Leadership, Sikap Seorang Pemimpin yang Amanah

Jika kalian ingin mendapatkan beberapa saran karir yang bermanfaat, kalian dapat mencoba mendaftar di blog Jobnas. Kalian bisa mendaftarkan langsung alamat email yang kalian punya, maka secara otomatis tips tentang jaringan, branding, dan lainnya akan dikirimkan langsung ke kotak masuk kalian.

Jika kalian merasa tertarik? Segera daftarkan email kalian sekarang juga. Gratis!