saham
Jobnas.com-Jika kamu termasuk orang yang tertarik untuk terjun dalam investasi saham, kini saatnya kamu perlu mengetahui terlebih dahulu terkait perbedaan antara harga dan nilai saham agar supaya kamu tidak kebingungan. Sebagai pemula, kamu perlu mengetahui terkait hal tersebut.
Untuk mempelajarinya pun tentu sangat mudah, sehingga kamu tidak perlu minder. Dengan mempelajarinya, kamu jadi lebih paham mana hal yang perlu kamu pertimbangkan sebelum membeli saham.
Oleh karen itu, di artikel ini Jobnas.com akan menjelaskan mengenai perbedaannya dengan jelas. Tak perlu berlama lagi, yuk baca selengkapnya !
Baca Juga: Perbedaan Aplikasi Native, Hybrid, dan Web yang Perlu Kamu Ketahui
Perbedaan Harga dan Nilai SahamTidak sedikit orang yang mengira bahwa nilai suatu saham itu bisa diukur dari harganya. Padahal, jika dilihat lebih jauh, harga saham hanyalah menunjukkan angka yang disetujui oleh penjual dan pembeli. Harga saham menentukan di angka berapa suatu saham dapat diperjualbelikan.
Harganya pun akan naik jika terdapat lebih banyak pembeli dari pada penjual. Sebaliknya, harga saham cenderung akan turun apabila penjual lebih banyak dari pada pembeli.
Di sisi lain, nilai saham merupakan nilai intrinsik suatu perusahaan atau saham yang bisa jadi lebih tinggi maupun lebih rendah dari pada harga sahamnya.
Menurut Corporate Financial Institute, kamu akan dapat mengetahui apakah suatu saham sedang undervalued atau overvalued di pasar saham hanya dengan menganalisis nilai saham.
Barangkali, mengincar saham undervalued bisa menjadi strategi yang baik bagi para investor karena bisa menemukan saham dengan harga rendah namun sebenarnya memiliki nilai tinggi.
Saham undervalued dinilai sebagai investasi yang secara konsisten dapat menghasilkan keuntungan dan bisa menjadi prospek investasi jangka panjang yang bagus.
Selain itu, untuk mengetahui perbedaan harga dan nilai saham juga bisa dilihat dari apa yang mempengaruhi keduanya. Berikut penjelasan lebih lengkapnya.
Beberapa hal yang Mempengaruhi Harga Saham 1. Permintaan investorKarena nilai saham tidak bisa diukur dari banyaknya permintaan investor, jadi salah satu letak perbedaan antara harga dan nilai saham adalah permintaan investor.
Bukan berarti nilai saham tersebut juga tinggi hanya karena permintaannya tinggi. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, permintaan investor dapat mempengaruhi harga saham di pasaran untuk jangka pendek.
Jadi, tidak hanya berlaku pada transaksi jual beli produk sehari-hari, hukum supply & demand juga berlaku pada produk investasi, salah satunya saham.
2. Fluktuasi kurs mata uangAlasan mengapa harga saham sangat fluktuatif adalah ditentukan oleh kuat lemahnya kurs rupiah terhadap mata uang asing.
Menurut OJK, perubahan kurs ini bisa menguntungkan maupun merugikan perusahaan. Jika perusahaan memiliki beban utang mata uang asing, kemungkinan besar pelemahan rupiah akan meningkatkan biaya operasional yang juga mengakibatkan menurunnya harga saham.
3. Pemberitaan mediaBiasanya investor akan melakukan panic selling ketika perusahaan menghadapi suatu kontroversi atau skandal. Hal tersebut dilakukan karena mereka khawatir harga saham akan semakin turun.Ditambah lagi ketika mulai ada pendapat dari ahli atau seorang analis.
Baca Juga: Kalian Wajib Tahu Ini, 5 Cara Investasi Resmi dan Aman Paling Menguntungkan Hadapi Resesi
Sebaliknya, harga saham bisa jadi akan melonjak naik pula ketika ada pemberitaan baik. Sebagai investor, sebaiknya kamu benar-benar mengevaluasi nilai saham sebelum memutuskan untuk menjual atau membelinya karena mendengar berita tertentu.
4. Kondisi ekonomiMenurut Advisor Channel, harga saham dipengaruhi oleh setidaknya 6 kondisi ekonomi makro, yaitu suku bunga, pertumbuhan ekonomi, likuiditas, inflasi, emerging market, dan kredit.
Sebanyak 90% perubahan harga saham dapat dijelaskan dengan kondisi 6 komponen di atas. Inilah yang menjadi salah satu perbedaan harga dan nilai saham karena nilai saham biasanya tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi.
5. Laporan perusahaanBiasanya ketika perusahaan merilis laporan keuangan selama periode tertentu dapat mempengaruhi permintaan investor. Nah, harga saham pada titik ini akan cenderung naik ketika perusahaan menghasilkan profit melebihi ekspektasi. Jadi, harga saham tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal tetapi juga internal perusahaan.
Beberapa Hal yang Mempengaruhi Nilai Saham 1. Profitabilitas perusahaanSalah satu indikasi utama kesuksesan perusahaan di masa mendatang adalah profitabilitas perusahaan. Jika kamu termasuk investor yang berkenan berinvestasi pada perusahaan yang tidak memiliki prospek baik ke depannya, kamu dapat mempelajari proyeksi potensial keuntungan bisnis untuk mengukur nilai saham perusahaan tersebut.
Inilah yang menjadi alasan mengapa saham undervalued tidak selamanya buruk karena bisa jadi perusahaan pendatang baru ini memiliki profitabilitas yang tinggi.
2. Market sharePerusahaan yang memiliki market share yang tinggi artinya dapat bersaing dengan kompetitornya. Hasilnya, dividen untuk investor akan lebih besar karena keuntungan yang mereka raup juga semakin tinggi.
Baca Juga; Kalian Wajib Tahu Ini, 5 Cara Investasi Resmi dan Aman Paling Menguntungkan Hadapi Resesi
Pertimbangan inilah yang akhirnya menambah nilai saham di mata investor. Kecuali ada pemberitaan positif mengenai perusahaan yang berhasil meningkatkan market share-nya, hal ini merupakan perbedaan harga dan nilai saham karena market share tidak mempengaruhi harga saham secara langsung.
3. P/E ratioRasio yang digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih adalah P/E ratio atau price earning ratio. Untuk mengukur nilai saham, calon investor akan membandingkan dengan P/E ratio saham lain.
Saham tersebut tergolong mahal apabila memiliki P/E ratio yang tinggi pada saham, terutama jika pada periode waktu selanjutnya perusahaan tidak mampu menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi.
Itulah penjelasan singkat Jobnas.com mengenai perbedaan harga dan nilai saham. Setelah membaca informasi di atas, diharapkan kamu akan semakin memahami terkait keduanya dan tidak keliru lagi dalam membedakannya.
Jobnas.com - Perusahaan biasanya membeli kembali saham yang sudah terlanjur terjual. karena saham tersebut tidak bernilai banyak. Di sini kita akan memahami apa yang disebut dengan buyback sebelum perusahaan membeli kembali saham. Seperti yang dijelaskan tadi mengeni alsannya, ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan sebelum menarik saham yang sudah dijual di pasar.
Berikut ini beberapa alasan dan pertimbangan yang harus diperhatikan perusahaan sebelum melakukan pembelian kembali saham.
Definisi Konkrit BuybackTelah diketahui bersama tidak semua saham yang ada di pasaran memiliki nilai yang banyak. Terkadang ada yang dianggap tidak menguntungkan bagi investor, masalah ini bisa muncul karena sejumlah alasan.
Yang jelas, jika perusahaan berniat untuk melanjutkan pasar, mereka akan menerima risiko kerugian besar, untuk mengatasi mslah seperti ini perusahaan dapat membeli kembali saham yang telah mereka jual di pasar.
Istilahnya sering dikenal dengan share Buyback. Yaitu, pembelian kembali saham mengenai metode transaksinya adalah perusahaan akan membeli kembali secara langsung sejumlah saham yang telah ditempatkan di pasar.
Tindakan ini akan mengurangi jumlah saham yang beredar, meningkatkan permintaan dengan harga yang jauh lebih rendah. Namun, perusahaan dapat membeli kembali bukan hanya karena harga sahamnya buruk.
Seringkali, perusahaan akan membeli kembali karena alasan lain, seperti mengirim pesan ke pasar bahwa harga saham mereka cenderung naik. Mereka juga dapat melakukannya untuk meningkatkan metrik keuangan yang dinyatakan dengan jumlah saham yang beredar.
Di sisi lain, inisiatif pembelian kembali dapat mencegah jatuhnya harga saham atau hanya karena perusahaan ingin meningkatkan ekuitasnya sendiri.
Metodologi Sebuah Perusahaan Berbagi Pembelian KembaliAda dua metode yang sering dipakai oleh perusahaan ketika hendak membeli kembali saham mereka sendiri.
Apakah kalian ingin mengetahuinya? Ayo, dengarkan ini!
1. Penawaran (Tender Offer)Perusahaan dapat membeli kembali dengan menawarkan saham kepada pemegang saham dengan harga tertentu. Kisaran harga biasanya akan ditentukan oleh perusahaan, dan harga yang dikutip hampir selalu lebih mahal dari harga pasar.
Bagi pemegang saham yang ingin mengikuti proses tersebut, dapat mengajukan diri dan jumlah saham yang ingin dijual berdasarkan harga yang diharapkan.
Pada saat pengambilalihan, perseroan akan membeli saham sesuai dengan jumlah yang direncanakan. Jika jumlah saham yang ditawarkan untuk dijual oleh publik dan investor lebih besar dari jumlah yang diminta, perusahaan biasanya akan mengalah dan lebih memilih untuk membeli saham tersebut dengan harga yang lebih rendah.
2. Pasar Terbuka (Open Market)Metode selanjutnya yang sering dipakai dan dilakukan oleh banyak perusahaan adalah membeli saham di pasar terbuka dengan harga yang telah disesuaikan pasar. Dengan membeli di pasar terbuka, sebenarnya perusahaan memiliki resiko kerugian yang kecil.
Perusahaan seringkali memiliki kesempatan untuk mendapatkan harga yang tinggi. Kenapa begitu? Rumor dan pengumuman pembelian kembali saham seringkali akan menggandakan permintaan di pasar. Hal ini secara tidak langsung meningkatkan nilai saham dan harganya juga naik.
Alasan-alasan Perusahaan Sebelum Melakukan Pembelian Kembali SahamSeperti yang dijelaskan Jobnas di atas, pembelian kembali saham sering dilakukan oleh banyak perusahaan karena harganya yang tidak terlalu bernilai.
Namun, ada faktor lain yang harus diperhatikan sebelum melepas saham yang telah mereka jual ke pasar.
Berikut beberapa alasan dan pertimbangan bagi perusahaan sebelum membeli kembali saham.
1. Anti Pengenceran dan Peningkatan PropertiDari waktu ke waktu, perusahaan cenderung merilis varietas baru. Misalnya, melalui peningkatan modal atau pelaksanaan opsi yang menunjukkan saham terdilusi. Dengan membeli kembali sahamnya, perusahaan dapat mengurangi dampak dilusi saham.
Mereka juga dapat mengurangi jumlah saham yang beredar dan meningkatkan tingkat kepemilikan manajemen dalam perusahaan. Pada hakekatnya, akuisisi dapat menjadi solusi atas masalah kepemilikan pemegang saham dan dilusi modal yang dapat merugikan bisnis.
2. Meningkatkan Indikator KeuanganMeskipun meningkatkan rasio perusahaan bukan satu-satunya alasan untuk membeli kembali saham, hal itu seringkali merupakan efek samping yang menarik dari transaksi tersebut.
Mengurangi jumlah saham yang beredar dapat memberikan efek positif pada berbagai rasio yang diperhatikan pasar dengan cermat, tetapi rasio mana yang disukai perusahaan?
Berikut penjelasannya:
- Pengembalian Aset (ROA):
ROA dihitung dengan membagi laba bersih perusahaan dengan total asetnya. Penurunan ekuitas secara langsung mengikis total aset perusahaan, yang berdampak positif secara keseluruhan terhadap ROA.
- Pengembalian Ekuitas (ROE):
Pengembalian ekuitas dinyatakan sebagai jumlah laba bersih yang dikembalikan sebagai persentase ekuitas. Oleh karena itu, jika laba perusahaan konstan, penurunan total ekuitas akan meningkatkan ROE perusahaan.
- Laba per saham (EPS):
Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus berikut (laba bersih – dividen per saham preferen)/jumlah rata-rata saham yang beredar. Jika perusahaan membeli kembali saham, mereka secara langsung akan mengurangi jumlah saham yang beredar dan meningkatkan EPS perusahaan.
Manfaat Pembelian Kembali Saham Bagi Pemegang SahamPembelian kembali saham adalah strategi pengelolaan modal yang sering dilihat sebagai keuntungan atau penghargaan bagi pemegang saham. Namun, meski investor jelas mendapat keuntungan dari dividen, manfaat pengambilalihan tidak langsung dirasakan oleh pemegang saham.
Mengurangi jumlah saham yang beredar pada akhirnya akan membantu meningkatkan harga saham. Perusahaan kemudian berkewajiban mengembalikan uang kepada pemegang saham dan juga memberi mereka kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari investasi mereka.
Ini adalah jenis-jenis pembelian kembali saham yang perlu kawan-kawan Jobnas ketahui. Singkatnya begini, pembelian kembali saham adalah tindakan yang perlu dilakukan perusahaan untuk menghindari risiko kerugian besar.
Selain dari resiko tersebut, pengambilalihan ini juga dapat menguntungkan pemegang saham dan investor. Jadi tidak selamanya, perusahaan yang melakukan pengambilalihan merugi.
Baca juga: 4 Metode Menghindari Ostrich Effect saat Berinvestasi
Jika kawan-kawan Jobnas ingin lebih banyak lagi tahu informasi lebih lanjut tentang dunia investasi, kalian dapat berlangganan di blog Jobnas dengan mengklik kotak di pojok kanan atas.
Setelah registrasi berhasil, kalian akan menerima notifikasi berita dan tips terbaru dan langsung dikirimkan di inbox kalian. pendaftarannya Gratis, tanpa dipungut biaya!
Jobnas.com – Jika kalian sangat tertarik di dunia saham, kini banyak sekali para pakar investasi telah merangkum ilmunya agar mudah diakses melalui buku.
Kalau kalian minat dan niat mempelajari seluk beluk dunia investasi pasar saham kalian harus Memiliki buku tentang saham. Dengan buku kita bisa mengetahui ilmu-ilmu tentang saham.
Namun, kali ini ada ribuan buku untuk dibaca, akan tetapi, buku mana yang terbaik untuk kalian sebagai pemula yang ingin belajar saham? Untuk jawabannya di sini Jobnas sudah memilah dan memilih buku terbaik paling recommended buat kalian semua calon pengusaha muda.
6 Rekomendasi Buku Surat BerhargaJika kalian tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang dunia saham. Ketika mulai baru memasuki pasar modal untuk pertama kalinya bisa menjadi pengalaman dan momok yang menyeramkan. Oleh karena itu, kalian setidaknya harus mengasah pengetahuan kalian terlebih dahulu dengan mempelajari aspek fundamental dari investasi tersebut.
Cara mempelajarinya tidak sulit, kalian bisa mempelajari semuanya dari buku yang paling terpercaya efisien dan sederhana dari sudut pandang ahli, buku saham yang dijamin dapat berkontribusi pada kesuksesan pasar saham.
Berikut di bawah ini adalah enam buku yang direkomendasi Jobnas untuk dibaca. Buku terbaik untuk pemula dalam dunia investasi saham. Catat ingat dan terapkan dengan baik!
1. How to Make Money in Stocks (1988) [Cara Menghasilkan Uang dari Saham]Yang menjadi rekomendasi deretan kedua adalah karya William O'Neil buku ini sangat laris. How to Make Money in Stocks ini memberikan referensi sebagai panduan tujuh langkah untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan di pasar saham.
Buku ini juga berisi strategi-strategi untuk membantu investor menemukan saham-saham yang akan menghasilkan keuntungan terbesar.
2. The Intelligent Investor (1949) [Investor Cerdas]Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1949 ditulis oleh Benjamin Graham, namun telah diperbarui untuk memenuhi kebutuhan pembaca. Buku ini dianggap sebagai panduan pemula untuk berinvestasi di pasar saham.
Smart Investor berfokus pada dasar-dasar investasi dan bagaimana memanfaatkan nilai dolar. Menariknya, strategi Smart Investor telah digunakan oleh investor dan pengusaha terkenal seperti Warren Buffet. Dengan begitu buku ini menjadi rekomendasi teratas untuk buku saham terbaik.
3. A Random Walk Down Wall Street (1973) [Jalan Acak di Wall Street]Buku ini memberikan tip bermanfaat bagi pembaca untuk menggabungkan teori dan praktik pasar saham.
Meskipun banyak istilah pasar saham yang dapat membingungkan pembaca, namun buku tentang sekuritas ini disusun dengan bahasa yang mudah dipahami.
Selain itu, ide mengindeks dunia pasar saham, cara mengambil risiko, dan menafsirkan peristiwa yang tidak dapat diprediksi disajikan dengan sangat baik.
4. When to Sell (1977) [Kapan Menjual]Seperti judulnya, When to Sell memandu investor tentang kapan waktu terbaik untuk menjual saham mereka. Buku saham ini memberikan materi yang sangat spesifik, namun pembahasannya cukup luas. Selain itu, mengutip Wallstreetmojo, buku ini memberikan contoh dan pengetahuan yang komprehensif tentang kondisi pasar saham yang selalu berubah.
5. The Little Book That Beats The Market (2005) [Buku Kecil Yang Mengalahkan Pasar]The Little Book of Beating the Market mengeksplorasi cara kerja pasar saham. Masih tidak yakin bagaimana memilih portofolio? Buku ini adalah bacaan terbaik untuk masalah ini.
Selain itu, bagian ini menjelaskan prinsip-prinsip yang penting dalam berinvestasi saham untuk menghasilkan keuntungan yang melimpah. Dalam bukunya, Joel Greenblatt juga menjelaskan teorinya yang berfokus pada pembelian saham perusahaan bernilai tinggi dengan harga yang relatif murah.
6. Invested (2018) [Berinvestasi]Rekomendasi berikut mungkin tidak setua buku lainnya. Di sisi lain, buku ini berangkat dari sudut pandang seorang pemula yang telah menjadi ahli seiring perjalanan karirnya di dunia pasar saham.
Buku ini tidak memuat berbagai analisis perhitungan pasar saham, namun informasi pasar saham dan penggunaannya cukup lengkap. Sudah Berinvestasi adalah salah satu buku investasi saham terbaru.
Baca juga: 10 Macam Investasi Reksa Dana Syariah
Intinya, buku ini kini bisa menjadi sarana pembelajaran bagi kalian yang tertarik dengan dunia investasi saham. Itu saja yang dapat Jobans rekomendasikan kepada kalian mengenai enam buku saham untuk para pemula.
Selain informasi mengenai buku-buku di atas, kalian juga bisa mendapatkan berita saham dengan terus membaca artikel di blog Jobnas. Jangan lewatkan, Gratis, lho!
Jobnas.com - Bagi investor pemula, reksa dana syariah sangat populer. Pasalnya, kalian tidak membutuhkan banyak modal untuk bisa berinvestasi. Tren syariah yang semakin ramai diperbincangkan juga terdapat pada jenis investasi reksa dana.
Reksa dana syriah saat ini menjadi salah satu pilihan investasi yang paling populer di kalangan milenial, namun kini sudah banyak jenis Reksa Dana Syariah yang bisa kalian pilih untuk berinvestasi.
Makin penasaran dengan reksa dana syariah? Baca penjelasan Jobnas di bawah ini.
Apa itu Investasi Reksa Dana Syariah?Reksa dana syariah dan reksa dana biasa sangat dekat dengan hal yang sama. Namun pada kategori ini hanya berinvestasi pada instrumen keuangan yang menganut prinsip syariah. Dalam fatwa nomor /20/DSN-MUI/IV/2001, terdapat panduan berinvestasi reksa dana syariah.
Oleh karena itu, jenis investasi ini memang terbukti legal dan sesuai dengan prinsip syariah. Investsi reksa dana syariah merupakan salah satu dana investasi kolektif yang dikelola oleh manajer investasi.
Namun, manajer investasi di sini hanya menginvestasikan dana kelolaannya pada efek syariah. Misalnya, saham syariah, sukuk atau instrumen syariah lainnya, baik dalam maupun luar negeri.
Apa Keuntungannya?Keunggulan reksa dana syariah yang pertama adalah biayanya yang cukup terjangkau. Inilah mengapa jenis investasi ini tetap menjadi pilihan utama bagi mereka yang sedang belajar cara berinvestasi. Yaitu, harga yang pantas.
Biaya minimum untuk melakukan investasi ini adalah Rp 100.000. Jumlahnya pasti sangat bersahabat bukan? Setelah mengetahui implikasinya, pelajari dulu kelebihannya dibanding instrumen investasi lainnya.
Baca juga: Computer Vision Syndrome, Akibat Sering Menatap Layar Berjam-jam
Kemudahan Basis InvestasiSelain itu, bentuk investasi ini juga cukup hemat waktu karena manajer investasi akan mengawasi seluruh kegiatan investasi.
Selain biaya yang terjangkau, keunggulan reksa dana syariah lainnya adalah kemudahan dalam berinvestasi. Investor tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk melakukan analisis mendalam karena semuanya akan diurus oleh Direktur Investasi.
Jenis yang Perlu kalian KetahuiSesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 19/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Penagihan Reksa Dana Syariah, terdapat beberapa jenis Reksa Dana Syariah yang dapat digunakan untuk tujuan investasi.
Berikut penjelasan lengkapnya:
1. TerlindungiSelain itu, investasi juga dapat dilakukan hingga 30% dari nilai aset bersih berupa saham syariah atau sukuk yang diperdagangkan di bursa luar negeri. Jenis reksa dana ini menginvestasikan minimal 70% dari nilai aset bersihnya sebagai efek pendapatan tetap yang sesuai syariah.
2. Berbagi SyariahPada investor jenis ini, investor hanya dapat menginvestasikan paling sedikit 80% dari nilai aktiva bersih dalam bentuk efek ekuitas syariah.
3. PenjaminPada reksa dana jenis ini, jaminan atas nilai investasi awal akan diberikan oleh mekanisme pengelolaan portofolio pada saat jatuh tempo. Penjamin emisi sendiri bukanlah manajer investasi melainkan melalui pihak ketiga seperti bank, perusahaan asuransi, dll.
4. Pasar UangSurat berharga syariah harus bersifat pendapatan tetap yang diterbitkan dengan jangka waktu tidak lebih dari satu tahun atau memiliki sisa jatuh tempo tidak lebih dari satu tahun. Reksa dana pasar uang syariah adalah reksa dana yang hanya berinvestasi pada instrumen pasar uang syariah domestik.
5. Berdasarkan SukukSetelah itu, surat berharga syariah komersial dengan jangka waktu 1 tahun atau lebih dan masuk kategori worth it juga dapat digunakan untuk investasi.
Investasi yang dilakukan dalam reksa dana jenis ini harus mewakili setidaknya 85% dari kekayaan bersih dalam beberapa bentuk sukuk. Misalnya, sukuk ditawarkan untuk dijual di Indonesia melalui penawaran umum Surat Berharga Syariah Negara.
6. CampuranJenis reksa dana ini berinvestasi pada efek ekuitas, efek pendapatan tetap, atau instrumen pasar uang domestik lainnya.
Namun, nilai setiap investasi tidak boleh melebihi 79% dari Nilai Aktiva Bersih. Portofolio juga harus mencakup ekuitas yang sesuai dengan syariah dan sekuritas pendapatan tetap.
7. Dana Pertukaran Syariah (ETF Syariah)Jenis reksa dana yang terakhir adalah Sharia Exchange Traded Fund atau ETF Syariah. Investasi reksa dana ini berbentuk KIK yang sahamnya diperdagangkan di bursa.
8. Pendapatan TetapInvestasi dalam kategori ini harus mewakili sekurang-kurangnya 80% dari kekayaan bersih dalam bentuk surat berharga Syariah pendapatan tetap.
9. Berdasarkan Judul Syariah AsingDalam jenis reksa dana ini, investor harus menginvestasikan setidaknya 51% dari kekayaan bersih mereka di sekuritas syariah asing. Namun, surat berharga asing syariah ini juga harus diterbitkan oleh penerbit daftar surat berharga syariah.
10. IndeksBobot masing-masing sekuritas syariah pada reksa dana jenis ini berkisar antara 80 hingga 120% dari bobot masing-masing sekuritas syariah dalam benchmark. Kategori ini mengharuskan investor untuk menginvestasikan setidaknya 80% dari kekayaan bersih mereka pada sekuritas yang merupakan bagian dari indeks Islam.
Likuiditas yang TerjaminMemang, pencairan dana investasi bisa dilakukan kapan saja. Selain itu, investor juga akan mendapatkan laporan berkala dan dapat mengetahui hasil investasinya setiap saat. Menariknya, investasi ini juga minim risiko karena dana yang terkumpul akan diinvestasikan di berbagai sekuritas.
Berinvestasi dalam reksa dana juga memudahkan investor untuk membawa uang tunai. Oleh karena itu, risikonya tidak terkonsentrasi pada satu jenis efek saja.
Jaminan Legitimasi dan Kepatuhan SyariahJenis investasi ini juga sepenuhnya sesuai dengan prinsip syariah. Pasalnya, setiap transaksi investasi selalu dipantau oleh Dewan Pengawas Syariah.
Selain itu, setiap reksa dana juga dikelola oleh manajer investasi yang terjamin karena telah mendapatkan izin dari OJK. Keunggulan terakhir adalah legitimasi yang terjamin karena diawasi oleh OJK.
Baca juga: Perbedaan Reksa Dana vs Saham
Begitulah paparan tentang reksa dana syariah dari pengertian, manfaat dan jenisnya. Semoga saja informasi di atas dapat bermanfaat dan membuat kalian semakin percaya diri untuk mulai berinvestasi di reksa dana jenis ini.
Jobnas.com – Tanpa terkecuali para investor pemula, cukup bingung untuk membedakan antara Reksa Dana dan saham. Pada dasarnya, sangat penting sekali memahami sepenuhnya suatu instrumen investasi. Tujuannya untuk menghindari kesalahan saat melakukan berinvestasi.
Lantas apa sebenarnya perbedaan dari kedua nya? Mengap kedua sering dianggap sama?
Ayo pelajari selengkapnya. Di bawah ini adalah pembahasan Jobnas supaya kalian tidak bingung lagi untuk membedakannya. Baca sampai akhir artikel ini ya!
5 Perbedaan Antara Reksa Dana dan Saham
1. Waktu Investasi
Jangka waktu investasi reksadana dan saham juga berbeda. Hal ini misalnya diungkapkan oleh Nerd Wallet. Padahal, tidak semua investasi reksa dana memiliki durasi ideal yang sama.
Misalnya, reksa dana idealnya berjangka panjang, artinya lebih dari tujuh tahun. Sedangkan reksadana pasar uang bisa menjadi alternatif jika Anda menginginkan jangka waktu investasi yang lebih singkat, hanya 2 tahun.
Namun berbeda dengan saham. Investasi saham umumnya merupakan investasi jangka panjang, idealnya lebih dari 10 tahun. Oleh karena itu, penting untuk memahami mana yang tepat untuk tujuan dan rencana keuangan Anda.
2. Formulir Investasi
Reksa dana adalah kumpulan produk investasi yang ditangani oleh manajer investasi. Reksadana sendiri terbagi menjadi empat bentuk yaitu obligasi, deposito, surat utang dan juga saham.
Perbedaan bentuk investasi antara reksa dana dan saham merupakan salah satu yang paling mendasar dan penting untuk dipahami.
Bergantung pada profil risiko investor, tingkat pembelian keempatnya dapat bervariasi. Diversifikasi ini dilakukan untuk meminimalisir kerugian investasi.
Jadi sementara itu, dengan membeli saham, kalian membeli kepemilikan sebuah bisnis. Besar kecilnya kepemilikan kalian bergantung pada persentase saham perusahaan yang kalian miliki.
3. Untung
Keuntungan pertama adalah capital gain. Capital gain diperoleh dengan menjual saham dengan harga lebih tinggi dari harga beli.
Selain itu, pendapatan di dunia saham lainnya berasal dari dividen yang dibagikan oleh perusahaan tempat kita membeli saham tersebut. Dividen dibagikan setahun sekali setelah rapat umum pemegang saham.
Jika kalian memilih untuk berinvestasi saham, ada dua jenis keuntungan yang harus kalian ketahui. Tak perlu khawatir, kedua profit ini otomatis akan ditransfer ke rekening investor. Sedangkan jika kalian berinvestasi dengan reksa dana saham, return yang Anda dapatkan adalah dividen di reksa dana tersebut.
Uang yang diinvestasikan dalam reksa dana akan dikelola oleh manajer investasi untuk menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai aktiva bersih dari reksa dana saham tersebut. Berinvestasi dalam reksa dana lebih mahal. Alasannya adalah kalian harus membayar staf agen manajemen. Juga, penarikannya tidak gratis.
4. Perantara
Perantara ini bertanggung jawab untuk menghubungkan investor dengan saham investasi yang berbeda. Nah, khusus reksa dana, ada manajer investasi yang seperti disebutkan tadi membantu investor berinvestasi di reksa dana. Perlu diketahui oleh kalian ada perantara dalam berinvestasi di saham dan reksa dana saham.
Memiliki manajer investasi memudahkan investor untuk membeli dan menjual produk investasi melalui agen penjual reksa dana. Ini dilakukan secara otomatis, yang harus Anda lakukan hanyalah mendanai investasi ini.
Sementara itu, investor saham biasanya akrab dengan pialang saham atau perusahaan pialang. Untuk membeli saham, investor harus membuka rekening di perusahaan pialang.
Namun, keputusan tentang bagaimana menangani uang yang diinvestasikan sepenuhnya berada di tangan investor. Oleh karena itu, saat berinvestasi saham, penting untuk dapat mengambil keputusan investasi yang tepat berdasarkan analisis kondisi pasar.
5. Resiko
Saham dianggap jauh lebih berisiko. Sebab, membeli saham, tanggung jawab untuk memutuskan adalah milik kalian. Risiko adalah perbedaan utama antara reksa dana dan saham.
Pemilik saham harus selalu memantau naik turunnya pasar saham dan itu tidak mudah, apalagi bagi pemula. Saham umumnya dianggap sebagai investasi berisiko tinggi dengan pengembalian tinggi, artinya berisiko tinggi dengan imbalan tinggi.
Sedangkan reksa dana dikelola oleh pengelola yang tentunya sudah berpengalaman di bidangnya. Oleh karena itu, reksa dana lebih cocok untuk pemula. Manajer investasi akan mengelola uang yang kita simpan dan beli dan jual saham atau menahannya untuk memaksimalkan keuntungan.
Mungkin sudah jelas penjelasan Jobnas perihal 5 perbedaan antara reksa dana dan investasi saham. Pada dasarnya, investasi reksa dana paling cocok untuk pemula tanpa pengalaman investasi. Sedangkan saham cocok untuk investor yang memahami pasar modal dengan baik.
Tentu saja, kedua alat investasi ini hanyalah sebagian dari alternatif lainnya. Oleh karena itu, jika ingin mempelajari lebih dalam tentang investasi, kalian bisa bertanya kepada orang-orang berpengalaman di bidang keuangan melalui komunitas Jobnas.
Baca juga: Kenali MRR, Metrik Penting Bagi Bisnis SaaS
Bagaimana cara dapat mendiskusikan dan berbagai pengalaman mengenai investasi? Kalian bisa bergabung dan mendaftar diri kalian di jobnas.com. Silakan, daftar dan bergabunglah dengan kami sekarang!
Jobnas.com - Bull market adalah keadaan pasar saham yang diharapkan investor. Tapi apa sebenarnya Bull Market itu? Singkatnya, bull market adalah situasi di mana harga saham terus naik. Kondisi ini sering dimanfaatkan investor untuk mengambil keuntungan.
Secara lebih rinci, di artikel kali ini Jobnas akan membahas apa itu bull market dan tips untuk memanfaatkan momentumnya.
Definisi Bull MarketAda dua istilah kondisi pasar saham yang harus dipahami investor, yaitu bull market dan bear market. Keduanya memiliki arti yang berlawanan. Dalam artikel ini, bagaimanapun, Jobnas hanya akan membahas apa itu bull market saja. Bull Market adalah keadaan pasar keuangan saat harga sedang naik atau diperkirakan akan naik. Di pasar modal, istilah ini sering disebut bullish.
Kalian mungkin bertanya-tanya mengapa situasi ini disebut bull market? Tidak ada sapi berarti sapi? Nah, istilah ini sebenarnya diambil dari bahasa Inggris 'bull' yang berarti banteng. Saat bertarung, banteng akan menyeruduk atau mengangkat tanduknya untuk menyerang dan mempertahankan diri. Inilah mengapa kenaikan harga saham disebut bull market.
Istilah bull market lebih banyak digunakan di pasar saham. Namun, istilah tersebut juga dapat digunakan untuk kelas aset lainnya, seperti obligasi, mata uang, komoditas, dan real estat. Jadi, apa tolak ukur situasi ini yang disebut bull market? Faktanya, tidak ada matriks khusus untuk menilai apakah situasi pasar bullish atau tidak. Namun, seperti dikutip dari The Balance, pasar secara umum dikatakan bullish ketika naik 20%.
Baca juga: Apa itu Inflasi? Berikut Penjelasan Lengkap beserta 4 Penyebab Terjadinya Inflasi
Hal ini bisa terjadi ketika harga saham terus naik dalam waktu yang lama. Setelah itu, investor semakin percaya bahwa harga akan terus bergerak naik. Pada akhirnya, harga saham akan meningkat berkat kepercayaan investor. Mereka terus membeli dan mengenakan harga tinggi untuk suatu saham.
Keunikan dari Bull MarketUntuk lebih memahami apa itu bull market, kalian dapat memahami karakteristiknya yang berbeda. Sedangkan rangkaian fitur utamanya sebagai berikut:
1. Tingkat Pengangguran TurunDengan yang pertama, perusahaan akan mempekerjakan lebih banyak karyawan. Jadi tingkat pengangguran juga akan turun, tapi belum tentu drastis.
2. Orang Lebih Mudah Menggunakan UangnyaBagi investor, apa itu bull market jika bukan pengembalian yang lebih tinggi? Tentu saja, mereka mengharapkan pengembalian yang tinggi dari pasar bullish. Bahkan, mereka bisa mendapatkan keuntungan jangka panjang tersebut.
Oleh karena itu, juga akan lebih mudah bagi mereka untuk menggunakan uang mereka untuk membeli sesuatu.
3. Investor Membeli Lebih Banyak SahamHukum penawaran dan permintaan tidak hanya terjadi di pasar pada umumnya tetapi juga di pasar saham. Ketika harga saham terus naik, investor percaya bahwa harga akan naik lebih tinggi lagi di masa depan.
Akibatnya, investor membeli lebih banyak saham dengan harapan mendapatkan return yang lebih tinggi lagi. Ketika banyak permintaan beli dari investor, harga saham terus naik. Ini disebut pasar banteng.
4. Perusahaan Fokus Pada Pengembangan Masa DepanJika banyak investor yang membeli saham suatu perusahaan, berarti mereka memiliki kepercayaan terhadap perusahaan tersebut. Karena kepercayaan investor, perusahaan juga lebih fokus pada kinerja masa depan.
Biasanya perusahaan akan berinvestasi lebih banyak, mempekerjakan lebih banyak karyawan untuk membayar lebih banyak untuk karyawan mereka.
5. Risiko OverinflasiMelanjutkan poin sebelumnya, bull market juga bisa menyebabkan overinflasi lho. Bagaimana itu bisa terjadi? Ketika orang membelanjakan lebih banyak dari sebelumnya, jumlah uang yang beredar juga akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan terjadinya inflasi di suatu negara.
Saran Investasi Bull MarketSekarang setelah kalian mengetahui apa itu bull market, apakah kalian siap memanfaatkan momentumnya?
Pada subbab kali ini Jobnas menawarkan tiga tip investasi bull market sehingga kalian bisa mendapatkan hasil maksimal dari uang kalian!
1. Masuk dan Keluar Pasar PerlahanTidak ada yang tahu pasti kapan bull market akan mulai dan berakhir. Bahkan, sebuah kondisi baru bisa disebut bull market ketika terjadi atau pernah terjadi sebelumnya. Jadi kalian bisa melewatkan harga terendah untuk membelinya. Sebaliknya, kalian juga bisa menjual saham terlalu cepat meski harganya terus naik.
Nah, untuk menghindari hal seperti ini, sebaiknya lunasi secara bertahap atau keluar masuk pasar secara bertahap.
2. Review Saham Consumer GoodsSeperti dikutip dari Business Insider, saham di sektor consumer goods bisa menjadi salah satu pilihan yang baik untuk memanfaatkan bull market. Emiten di daerah ini memiliki hubungan yang kuat dengan masyarakat. Selama orang percaya pada produk atau layanan mereka, nilai saham akan terus meningkat.
3. Tetap Diversifikasi Portofolio KalianMenurut Benjamin Graham, dikutip oleh Groww, seorang investor harus memiliki antara 10 hingga 30 emiten yang tersebar di berbagai sektor.
Jangan terlalu optimis dengan keadaan suatu saham. Kalian tidak tahu bagaimana keadaan saham perusahaan di masa depan. Jadi teruslah melakukan diversifikasi portofolio saham kalian.
Sekarang kalian sudah mengerti apa itu bull market bukan? Jika iya, kini saatnya kalian bisa mulai berinvestasi. Berbagai tips investasi bisa kamu temukan di blog Jobnas! Ayo kepoin terus Website Jobnas mulai dari sekarang biar kalian tidak ketinggalan jaman.