Jobnas
CV Maker

jurnal

Ghufron Writer Ghufron Writer
1 tahun yang lalu

Jobnas.com - Menurut Hubspot, sekitar 82% konsumen akan mencari ulasan online di internet saat mencari produk atau layanan. Dengan demikian, studi kasus untuk Marketing jadi sangat penting untuk diperhatikan oleh marketer atau pebisnis. Hal ini dikarenakan ketika membuat Studi Kasus yang tepat tentu akan membuat konsumen percaya bahwa brand-mu dapat mengatasi masalah mereka. 

Di artikel ini, Jobnas.com akan mendeskripsikan terkait pengertian dan pentingnya studi kasus, dan mengapa kita mesti menggunakannya dalam sebuah kegiatan marketing. 

Pengertian Studi Kasus Marketing

Studi kasus dalam marketing adalah salah satu cara terbaik untuk menunjukkan kualitas produk atau jasa, seperti dikutip dari Alexa. Pasalnya, kebanyakan konsumen akan melihat ulasan online saat akan memutuskan untuk membeli suatu produk atau layanan.

Kamu dapat meyakinkan mereka dengan melakukan analisis yang dapat membantu memecahkan masalah pelanggan hanya dengan melakukan studi kasus. Pasalnya, studi kasus dapat memberikanmu gambaran mengenai seberapa banyak prospek pelanggan yang bisa didapatkan.

Studi kasus, menurut HubSpot, memang dibuat pada dasarnya untuk meyakinkan bahwa suatu produk atau jasa dapat memberikan solusi bagi para pelanggan. Tidak jarang para marketer atau pebisnis mengorbankan waktunya untuk membuat studi kasus dengan baik.

Pentingnya Studi Kasus

Berikut ini Jobnas.com akan memberikan pentingnya sebuah studi kasus untuk kamu implementasikan dalam memaksimalkan pemasaran. Setidaknya 13 % marketer menyebut studi kasus adalah salah satu media yang digunakan dalam strategi konten mereka. Hal ini seperti diungkap oleh marketing HubSpot. 

Studi kasus hanya tertinggal dari konten-konten seperti konten visual, blog, dan e-book. Ia bahkan menempati posisi urutan kelima sebagai salah satu konten terpopuler. Statistik tersebut menandakan bahwa studi kasus memiliki peran yang signifikan untuk marketing. 

Cara yang Tepat untuk Memaksimalkan Studi Kasus

Setelah mengetahui pengertian dan manfaatnya untuk marketing, kamu juga perlu memahami tentang pemaksimalan dari sebuah studi kasus ini. Oleh karena itu, Jobnas.com akan menjelaskan bagaimana cara membuatnya supaya terlihat meyakinkan dan mampu membuat pelanggan maupun investor tertarik dengan hal tersebut. Inilah beberapa langkah yang harus kamu lakukan: 

1. Membuatnya dalam bentuk PDF

Membuatnya dalam bentuk PDF merupakan salah satu cara yang tepat membuat studi kasus untuk memaksimalkan marketing.  Hal ini dapat membuat marketer mudah dalam melakukan penjualan dan pemasaran. Selain itu, ini harus dilakukan supaya membuat para marketer mudah mendownloadnya di situs web maupun melalui email marketing agar terlihat oleh user.

2. Membuat Halaman Khusus di Website

Membuat halaman khusus di situs web yang berisikan analisis studi kasus yang telah kamu buat merupakan cara lain dari pemaksimalan studi kasus. Dengan demikian, orang-orang akan tahu seberapa meyakinkan produkmu dalam menangani masalah mereka. Pastikan copy-nya terlihat terstruktur serta rangkuman analisisnya dibuat semaksimal mungkin, untuk membuatnya lebih menarik.

3. Membuat Video

Tentu kamu pasti memahami bahwa di era sekarang ini, kebanyakan orang lebih suka membuat video dari pada harus membaca artikel yang banyak di sebuah situs web. Jika kamu memiliki pendanaan yang cukup baik, kamu bisa membuat sebuah video terkait studi kasus untuk marketing. Semisal, kamu dan rekanmu di sebuah perusahaan membuat video mengenai bagaimana produkmu menyelesaikan masalah pelanggan atau berdampak besar terhadap mereka. Dari sinilah kemudian orang-orang yang melihatnya akan percaya bahwa produkmu memiliki kualitas yang bagus.

4. Sebar di Media Sosial

Untuk memaksimalkan marketing, kamu jangan ragu untuk membagikan studi kasus yang telah kamu buat di media sosial. Hal ini dilakukan supaya banyak followers-mu yang melihat sekaligus mempelajarinya.

Berbagai platform media sosial seperti LinkedIn, Twitter, Instagram, dan lain-lain dengan format yang berbeda, dapat kamu manfaatkan untuk menyebarkan sebuah studi kasus. Secara tidak langsung, kamu juga memaksimalkan studi kasus melalui social media marketing. Misalnya, di Instagram menggunakan format video, lalu di LinkedIn menggunakan format artikel, dan sebagainya.

Baca Juga: Alasan Astroturfing dalam Marketing Kerap Tidak Disarankan

Itu dia penjelasan Jobnas.com mengenai studi kasus untuk marketing beserta cara membingkainya agar dapat dinikmati oleh pelanggan. Hal yang perlu diingat adalah komponen ini memiliki peran penting dalam memaksimalkan pemasaranmu. Jadi, sebisa mungkin dapat dimaksimalkan dengan baik.

Iwan Bisa Iwan Bisa
1 tahun yang lalu

Jobnas.com - Jurnal adalah salah satu hobi yang paling populer saat ini. Dari paper bullet journal hingga digital journal dengan berbagai aplikasi. Journaling diyakini memiliki banyak manfaat, baik dari segi produktivitas maupun kesehatan mental. Kalau begitu lebih baik menulis diary atau menggunakan aplikasi. Silakan dan pelajari lebih lanjut di sini.
Perbedaan Bullet Journaling dan Digital Journaling
1. Bullet Journaling
Journaling, yang secara tradisional atau biasa dikenal dengan bullet journal, telah menjadi trend dalam beberapa tahun terakhir. Bullet journal biasanya ditulis dalam buku khusus. Kamu dapat menghias buku sesuai selera. Jurnal dapat diisi dengan berbagai agenda dan tugas yang harus diselesaikan. Selain itu, jurnal memiliki banyak manfaat.

Pertama, kamu bisa rehat sejenak dari dunia digital. Banyak orang menemukan keseimbangan antara waktu yang dihabiskan online dan majalah menjadi efektif.

Selain itu, jika kamu menggunakan penjurnalan kertas, itu tidak akan mengganggu, menampilkan pemberitahuan, atau membuka tab browser yang meminta kamu untuk membukanya.

Kedua, jurnal tradisional bisa menjadi media kreatif. Bullet journal tradisional lebih ekspresif. Gambar, corat-coret, dan format sesukamu. Manfaat terakhir dari jurnal fisik adalah bahwa menulis meningkatkan retensi.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa menulis jurnal dapat meningkatkan kesehatan mental. The New York Times mengatakan menulis jurnal membantu kita mengenali dan memahami emosi kita. Ini akan membuat kamu lebih mudah mengatasi emosi.
2. Digital Journalling
Seiring berkembangnya teknologi digital yang semakin canggih, penulisan jurnal pula berkembang secara digital. Saat ini, terdapat pelaksanaan digital journalling yang bisa membantumu menulis jurnal melalui gadget. Aplikasi digital journalling misalnya dipercaya bisa membantu manajemen saat secara lebih efektif.

Berbeda menggunakan Bullet Journalling konvensional, pelaksanaan digital journalling mempunyai banyak sekali fitur yg bisa membantumu mengatur saat supaya lebih produktif. Berbagai pelaksanaan digital journalling memberikan pengingat otomatis secara teratur. Iini akan membantumu menciptakan norma menulis jurnal jauh lebih mudah. Manfaat lain digital journalling sanggup memasukkan konteks yg sinkron mengenai kehidupan atau pekerjaan.

Misalnya, jika kamu menggunakan media sosial, kamu dapat dengan mudah menambahkan pembaruan status dan informasi yang kamu posting melalui Layanan yang tersediakan. Langkah ini supaya bisa membantu dan mencegah memposting hal yang sama dua kali.

Kamu mungkin perlu menambahkan tautan foto di Instagram dan menulis kalimat yang menjelaskan foto tersebut. Ada banyak konteks yang dapat dimasukkan ke dalam jurnal digital dari aktivitas online-mu.

Digital Journaling juga menyediakan kemampuan untuk menelusuri posting sebelumnya dan menandai entri dengan cara tertentu untuk referensi mudah nanti. Penjurnalan peluru tradisional tidak memiliki ini. Selain itu, majalah dapat disimpan melalui penyimpanan cloud seperti Google Drive dan Dropbox. Sekarang kamu selalu dapat memiliki buku harian dan tidak pernah kehilangan, mencuri atau merusaknya.
Konvensional atau Digital, Mana yang Lebih Baik?
Lalu, mana yang lebih cocok untukmu? Apakah bullet journalling yang konvensional, atau digital journalling yang mampu diakses melalui banyak gadget? Kalau engkau bahagia menulis sesuatu pada atas kertas, bullet journal konvensional akan lebih cocok untukmu.

Berbagai penelitian sudah menampakan bahwa menulis menggunakan tangan akan memudahkanmu mengingat sesuatu. Apalagi, menulis memakan waktu banyak sebagai akibatnya menciptakan bisa memproses apa yang ditulis. Bullet journal konvensional pula cocok bila kamu ingin rehat sejenak berdasarkan layar digital.

Gunakan waktu yang kamu habiskan untuk menulis jurnal untuk mengistirahatkan mata dari layar komputer atau ponsel. Selain itu, Bullet Journalling adalah untuk mereka yang suka berkreasi dengan warna dan penampilan mereka. Jurnal peluru dapat didekorasi dengan bebas.

Jurnal digital, di sisi lain, lebih cocok untuk orang dengan mobilitas tinggi. Penjurnalan menjadi lebih mudah dengan aplikasi penjurnalan digital yang dapat kamu akses dari mana saja. Penjurnalan digital juga bagus untukmu yang sering mengandalkan gadget untuk produktivitas.

Baik bullet journalling konvensional ataupun digital journalling, keduanya sama-sama berfungsi buat membantu produktivitasmu. Kamu hanya perlu menentukan bentuk jurnal misalnya apa yg sinkron menggunakan kebutuhanmu.

Baca juga: 7 tips Membuat Foto Profil LinkedIn Biar Semakin Kelihatan Profesional

Apakah engkau menyukai artikel informatif semacam ini? Kamu mampu membacanya pada Jobnas.com. yang selalu terbit setiap hari, Jobnas akan mengirimkan artikel terbaiknya.