Inclusive Design vs Accessible Design
Jobnas.com - Ada banyak pandangan yang menganggap bahwa inclusive design adalah metode membuat produk ramah disabilitas. Padahal, tidak demikian adanya. Jadi, ada pihak yang juga dipikirkan dalam teknik desain ini. Meski demikian, disabilitas memang salah satunya.
Nah, Jobnas.com akan menjelaskannya di bawah ini. Yuk, simak !
Pengertian inclusive designInclusive design atau desain inklusif adalah metode membuat produk yang memikirkan keberagaman manusia, seperti dilansir dari Inclusive Design Research Centre. Variasinya pun beragam. Mulai dari skill, bahasa, budaya, jenis kelamin, usia, hingga bentuk perbedaan lainnya.
Baca Juga : 5 Tips Membuat Instagram Live yang Menarik Banyak Followers
Melalui teknik ini, kamu mendesain produk yang bisa digunakan sebanyak mungkin orang. Apa pun ciri khas pengguna, mereka akan tetap nyaman dengan produkmu.
Kemudian, bagaimana cara pengaplikasiannya. Mungkin mengenal prinsip dari metode ini bisa membantumu.
Prinsip-prinsip Inclusive DesignSeperti yang dirangkum dari UX Planet, prinsip-prinsip itu di antaranya:
1. Cari Unsur EksklusifHal yang perlu diingat bahwa design thinking dimulai dari empathise. Inclusive design adalah metode yang harus diterapkan di tahap ini. Dengan demikian, coba lihat apakah ada orang-orang yang tak nyaman dengan produkmu, saat meriset pengguna.
Tentunya, alasan tak nyaman itu harus spesifik. Misalnya, adanya pengguna buta warna yang kesulitan membedakan warna tombol. Selain itu, ada pula orang yang tak nyaman dengan alasan budaya. Misalnya, kamu mewajibkan nama depan punya minimal 5 karakter. Padahal, tak semua orang punya nama demikian. Di beberapa budaya Indonesia misalnya, ada nama yang diawali satu atau dua huruf saja.
2. Lihat tantangan situasionalTerkadang, sebuah masalah muncul saat kejadian yang sangat spesifik. Misalnya, seorang pengguna membuka video dalam aplikasimu di tempat ramai. Ternyata, ia tidak membawa headset. Ini tentu sangat mengganggu user experience-nya.
Kejadian yang sama juga dialami oleh pengguna dengan gangguan pendengaran. Dengan memberi fitur subtitle, rasa nyaman untuk keduanya bisa meningkat.
3. Melibatkan Kelompok Pengguna TertentuKamu bisa melibatkan kelompok atau komunitas spesifik. Tanyakan pada mereka tentang pengalaman selama menggunakan produkmu. Dengan begitu, bias asumsimu soal mereka bisa ditekan.
Ingat, inclusive design adalah soal memberdayakan mereka, bukan malah memaksakan asumsimu pada mereka.
4. Cari Cara Lain untuk InteraksiBanyak cara lain yang dapat digunakan untuk berinteraksi ketika menemukan masalah. Salah satunya, adalah dengan subtitle ketika ada pengguna yang mengalami kesulitan mendengar. Sebaliknya, pengguna yang kesulitan melihat justru bisa dibantu oleh suara.
Pentingnya Inclusive DesignSetelah pengertian dari desain inklusif sudah kamu pahami, mengapa kamu harus susah-susah menerapkannya di produkmu?
Toptal punya sederet jawabannya. Ternyata, gangguan indra jauh lebih umum dari yang kamu bayangkan. Masalah penglihatan tak selalu berupa tunanetra. Orang dengan mata minus juga jadi mengalami hal itu. Di sisi lain, ketiak manusia mulai menua ada pula gangguan memori dan fisik.
Baca Juga : Mencari Sponsorship Online? Berikut Tips, Jenis dan Manfaatnya
Hal yang perlu diingat bahwa orang-orang tua juga tidak tumbuh bersama teknologi. Ini bisa membuat kemampuan menggunakan produk mereka tak setinggi yang lain. Alasan inilah mengapa inclusive design itu merupakan pola pikir yang penting. Melalui inclusive design, kamu bisa menciptakan desain untuk semua.
Inclusive Design vs Accessible DesignAda perbedaan antara accessibility, meskipun, penjelasan soal desain inklusif sangat mirip dengannya. Menurut Toptal, pada dasarnya, inclusive design adalah sebuah metode. Sementara itu, accessibility adalah hasil atau ukuran atas sebuah desain.
Selain itu, fokus accessibility terletak pada kelompok disabilitas. Di sisi lain, inclusive design merupakan metode membuat produk yang ramah untuk semua orang. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa inclusive design adalah payung lebar dari accessibility.
Dengan demikian, tetap ada irisan alias persamaan keduanya. Mereka sama-sama membuat produk ramah untuk lebih banyak kelompok pengguna.
Nah, itu dia penjelasan dari Jobnas.com. Setelah memahaminya, tentu saja, inclusive design adalah metode yang sudah kamu kuasai luar dalam.