Jobnas Menu

e-commerce

Iwan Bisa Iwan Bisa
6 bulan yang lalu

Jobnas.com – Memberikan nilai tambah pada prodak yang ditawarkan merupakan salah satu langkah penting dalam bisnis. Dewasa ini, di bidang ekonomi, strategi ini disebut Value Added.

Selain itu, ternyata value added juga dikenal dalam dunia marketing, namun dengan definisi yang berbeda.

Baik ekonomi maupun marketing adalah dua pilar penting dalam suatu bisnis.

Jika orang-orang yang aktif berkarir pada bidang ekonomi atau marketing, pasti sudah tahu dengan yang satu ini. Namun, bagaimana dengan kamu? Jika belum tahu dan ingin tahu apa itu velue added, baca dan simak penjelasan pada artikel ini.

Apa Itu Value Added?

Oleh kebanyakan orang value added diartikan sebagai sebuah istilah untuk mendeskripsikan nilai ekonomi pada sebuah produk atau jasa yang ditawarkan pada konsumen atau pelanggan.

Secara nalar, untuk mendapatkan ganti dari biaya produksi sekaligus mendapatkan laba dari produk itu sendiri, pelaku bisnis penting untuk menambahkan harga atau nilai.

Namun yang perlu dicatat, nilai tambah di sini tidak selalu dalam bentuk harga.

Kenyataannya, nama suatu brand pun sudah berhasil memberikan nilai pada konsumen, meski nilai tersebut berangkat dari kebutuhan style. Salah satu contohnya seperi apple, Gucci, Hermers, dan barang-barang bermerk terkenal lainnya.

Selain itu, fitur atau hal baru pada suatu produk yang belum ada pada produk kompetitor atau orang lain juga bisa menjadi nilai tambah yang cukup berpotensi.

Contoh kecilnya seperti Twitter Fleets yang memiliki fitur bisa langsung membagika url dari konten lain. Fitur ini tidak ditemukan pada Instagram story. Tentunya fitur tersebut berhasil memberikan nilai tambah, bukan?

Value Added dalam Ekonomi

Nah, sekarang kita akan mebahas tentang velue added dalam ranah ekonomi. Pada dasarnya, sebuah industri swasta maupun BUMN memiliki kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) lewat nilai tambah suatu industri.

Jika produksi beroperasi di suatu negara, nilai tambah dari produknya perlu dihitung dalam PDB (produk domestic bruto).

Selanjutnya, nilai tambah total dari harga sebuah produk atau jasa dipasaran adalah dasar untuk menghitung pajak pertambahan nilai (PPN).

Value added cost atau biaya nilai tambah juga merupakan hal yang perlu diperhitungkan dalam akuntansi.

Biasanya, biaya ini dikeluarkan tujuannya untuk memberikan nilai tambah pada para konsumen.

Akuntan perusahaan bertanggung jawab menghitung dan memperkirakan biaya produksi seminimal mungkin, namun tetap bisa menghasilkan keuntungan maksimal.

Value Added dalam Marketing

Sebagaimana yang sudah disinggung sebelumnya, velue added juga berlaku di bidang marketing. Menyertakan logo produk atau brand yang sudah ‘bermerek’ dan terkenal dengan kualitasnya juga merupakan salah satu bentuk value added atau penambahan nilai.

Hal seperti ini mungkin sederhana, namun memberikan efek yang sangat potensial, yakni dengan logo atau nama besar, sebuah produk bisa dijual dengan harga yang lebih mahal dari para kompetitornya dan akan tetap laku di pasaran.

Contohnya adalah produk-produk Apple, Gucci, Dior, Nike, Lamborghini dan lain-lain.

Dengan penambahan logo merek terkenal brand-brand di atas sudah bisa membuat produk lebih berkesan, berkualitas, dan bergengsi.

Selain itu, dalam dunia marketing, ada berbagai macam value added yang belakangan ini sedang populer di kalangan marketer, yaitu:

1. Gratis ongkos kirim

Salah satu contoh yang sering ditawarkan platform-platform e-commerce, seperti BukaLapak, Shoope, Tiktok affiliate untuk value added adalah gratis ongkir atau ongkos kirim.

Strategi ini berhasil membuat pelanggan semakin tertarik, bahkan seringkali pelanggan akan berpindah pada e-commerce lain yang menawarkan nilai tambah ini.

Karena, gratis ongkos kirim sudah menjadi salah satu pertimbangan utama pelanggan atau konsumen ketika ingin belanja online.

2. Kemasan

Pengemasan dan tampilang awal sebuah produk juga sangat berpotensi memberikan nilai tambah yang berpengaruh pada minat beli konsumen.

Diakui atau tidak, ketika kita ingin membeli sesuatu, pasti yang dilihat tampilan awalnya, bukan? Sebab, konsumen cenderung membandingkan kemasan suatu produk dengan yang lain yang menawarkan hal sejenis.

Meski, kemasan tidak semuanya bisa mewakili kualitas produk, namun kemasan yang bagus memberikan kesan kualitas tinggi sehingga mendorong minat konsumen untuk membeli produkmu.

Maka, usahakan tampilan kemasan berbanding luruh dengan kualitas produk.

3. Collateral material

Velue added terakhir yang sedang marak-maraknya digunakan oleh marketer belakangan ini adalah Collateral material;  service tambahan yang diberikan pada konsumen ketika mereka membeli suatu produk.

Salah satu contohnya adalah menyertakan panduan cara menggunakan produk, memberikan tips dan trik menggunakannya yang baik, dan lain sebagainya.

Dewasa ini, collateral material seringkali ditemukan di berbagai produk, mulai dari elektronik, bahan masak dalam kemasan, hingga produk-produk kecantikan.

Jika kamu palaku bisnis atau masih ingin memulainya, pikirkan dulu velue added yang ingin kamu tawarkan sekiranya bisa mendatangkan keuntungan bagi bisnismu.

Semoga bermanfaat!

Iwan Bisa Iwan Bisa
1 tahun yang lalu

Jobnas.com – Sering berbelanja online, Apakah kamu tau perbedaan diantara e-commerce dan Marketplace?

Masih banyak orang-orang yang beranggapan bahwa e-commerce dan marketplace tidak ada bedanya.

Beberapa hal yang membedakan dua platform perbelanjaan ini.

Kedua platform perbelanjaan ini memiliki arti yang cukup sangat berbeda.

Dilansir dari Investopedia, e-commerce atau electronic commerce adalah bisnis yang memungkinkan perusahaan atau individu yang memperjual belikan produk melalui internet.

Sementara menurut Learning Hub, Marketplace adalah tempat penghubung dan dipertemukannya pelanggan dengan penjual dalam sebuah platform.

Jadi, arti dari marketplace kurang lebih menjadi tempat penghubung antara penjual dan pembeli.

Berikut ini beberapa penjelasan perbedaan antara e-commerce dan marketplace dari berbagai aspek :
Perbedaan e-Commerce dan Marketplace
1. Pilihan produk
Perbedaan pertama adalah pilihan produk yang ada di e–commerce dan marketplace.

Seperti yang sudah di jelaskan, bahwa marketplace adalah tempat penghubung antara penjual dan pelanggan.

Biasanya, terdapat banyak juga orang-orang dengan berbagai model bisnis yang berbeda-beda dan bisa memperjual belikan produk nya.

Dan harga yang yang di tawarkan cenderung lebih murah dan beragam, jika dibandingkan dengan e-commerce.

Produk-produk yang di tawarkan e-commerce lebih tersegmentasi.

Jika marketplace menawarkan berbagai macam produk dari berbagai macam penjual,  sedangkan e-commerce mernjual produk dibawah nama e-commerce.

Berikut contoh mudahnya adalah di dalam marketplace X, kamu bisa membeli produk dari toko A, B, dan seterusnya.

Kalau membeli sesuatu melalui e-commerce Y, produk yang didapatkan tetap berada di bawah brand e-commerce Y tersebut.

Baca Juga: Bagaimana Cara Menggadaikan Barang di Pegadaian?
2. Branding
Dari segi branding, kedua platform perbelanjaan ini juga memiliki perbedaan.

Dilansir dari Arcadier Learn, e-commerce dapat fokus terhadap satu ‘wajah’ brand atau bisnis.

Setiap aneka brand yang memperjual belikan produk di e-commerce bisa melakukan cara-cara promosi yang terpisah dari e-commerce tersebut.

Dengan begitu, mereka bisa meningkatkan customer dan brand yang nantinya akan meningkatkan customer lifetime value (nilai dari pelanggan dalam suatu brand)

Dilain sisi, marketplace mewakilkan berbagai macam brand dan beberapa bisnis yang terdapat didalamnya.
3. Cash flow
Perbedaan selanjutnya datang dari aspek cash flow tiap platform.

Dilansir dari Rocket Bazaar, jika marketplace lebih mudah untuk menikmati profit margin (keuntungan dalam penjualan)

Jadi, semakin tinggi jumlah transaksi, marketplace akan semakin mudah untuk menginvestasikan revenue dalam perkembangan berbagai macam aspek.

Sementara untuk website e-commerce, revenue dan resource dari investasi yang cukup besar di awal kemungkinan besar akan didapatkan dalam kurun waktu yang lebih lama.
4. Kompleksitas
Untuk produk yang terdiri dari berbagai macam dari penjual yang berbeda-beda, marketplace tersendiri juga membutuhkan sistem navigasi yang dibuat seoptimal mungkin .

Dalam pencarian tersebut difilter seefisien mungkin agar pengguna bisa melakukan pencarian produk secara spesifik.
5. Investasi
Perbedaan selanjutnya adalah dari segi investasi sebelum meluncurkan sebuah e-commerce dan marketplace.

Untuk membangun e-commerce, juga dibutuhkan investasi yang cukup sangat besar.

Hal berikut ini sangat diperlukan untuk memulai menarik perhatian pengunjung dan keperluan lainnya.

Ketika untuk membuat marketplace, untuk investasi yang yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

Kenapa begitu?

Setiap bisnis atau individu yang memperjualkan produk di marketplace mereka bisa mengatur kepemilikan saham masing-masing. Jadi, jumlah investasi marketplace tidak sebesar e-commerce.
6. Customer Loyalty
Perbedaan yang terakhir adalah dari segi customer loyalty.

Untuk yang belum tahu, jika customer loyalty itu sendiri bisa menggambarkan keinginan pelanggan untuk membeli produk dari sebuah brand dengan secara terus-menerus.

Satu hal yang memengaruhinya adalah harga.

Dalam e-commerce, pelanggan cenderung lebih setia. Terlebih lagi jika mereka menerapkan customer retention seperti memberikan poin, memberika nilai lebih, penawaran khusus untuk member, dan lain-lainnya.

Sementara itu, untuk pelanggan di marketplace bisa berpindah dari satu toko ke toko yang lain, terutama jika harganya jauh lebih murah atau terdapat penawaran promo-promo yang lebih menarik.

Baca juga: Pemutusan Hubungan Kerja untuk Pekerja Kontrak, Begini Aturannya!

Nah, itu dia enam perbedaan e-commerce dan marketplace. Semoga kamu menjadi lebih paham dan bisa membedakan keduanya.

Iwan Bisa Iwan Bisa
1 tahun yang lalu

Jobnas.com Jika kamu seorang pemilik toko online atau pun ada keinginan untuk membuka toko online, maka E-Commerce dalam bentuk website harus kamu ketahui. 

Kata CyberChimps, e-commerce sangat memungkinkan adanya transaksi jual beli barang atau jasa. E-commerce sangat berbeda dengan situs perusahaan atau toko biasa. Kalau situs biasa hanya punya daftar produk dan pengunjung mesti mengontakmu secara kontinu untuk bisa berbelanja, sedangkan di website untuk e-commerce, kamu bisa langsung bertransaksi. Sehingga tidak perlu proses kontak lagi.

Selain itu, ada perbedaan antara platform e-commerce dengan situs e-commerce. Di situs e-commerce hanya ada tokomu an barang-barang yang dijual kamu. Sementara di platform ecommerce, ada banyak toko online lainnya. Hal inilah yang memungkinkanmu dapat bersaing secara langsung. Namun demikian, e-commerce masih memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya ialah privasi pengguna. Jadi, menjaga data-data pribadi mereka agar tersimpan dengan aman harus kamu lakukan. Karena itu, kamu akan merugi jika hal ini lalai dilakukan. 

Baca Juga : Mencari Sponsorship Online? Berikut Tips, Jenis dan Manfaatnya

Berikut ini adalah beberapa cara membuat e-commerce website yang perlu kamu ketahui. Dirangkum dari The Balance Small Business, ini dia informasinya untukmu:
1. Pikirkan User Experience
Jangan sampai melupakan aspek kenyamanan pelanggan online. Mengutamakan kenyamanan pelanggan online menjadi keharusan bagimu. Jadi, memahami perasaan mereka saat ingin membeli sesuatu di situsmu harus dipikirkan agar mereka tidak kecewa. Misalnya, situsmu sangat lambat, maka bagaimana cara agar kamu bisa menanggulangi kelambatan tersebut. 

Oleh karena itu, pastikan dulu kualitas situsmu sebelum memilih jasa hosting. Jangan sampai pelangganmu kecewa dan tidak lagi mampir di situsmu. 
2. Navigasi yang Rapi Harus Dibuat
Seperti di toko offline, menata barang agar pelanggan mudah memilih suatu produk harus pula dipikirkan di situs jualanmu. Penataan barang yang tampak tidak rapi, akan memungkinkamu pelangganmu tak jadi beli. 

Oleh karena itu, kelompokkanlah produk-produkmu sesuai kategorinya. Seperti jenis pakaian yang satu dengan jenis pakaian yang lainnya. Hal ini tentu akan mempermudah pengunjung situs untuk berbelanja. 
3. Update Data Stok
Jangan sampai pelanggan kecewa saat ada kesalahan dalam memasukkan data stok. Misalnya, mereka telah menempuh segala cara mulai dari membuka website e-commerce hingga membayar. Namun pesanannya tak kunjung datang karena kamu salah memasukkan data stok, parahnya tak ada lagi sisa barang untuk mereka. Tentu kamu dapat dengan mudah mengembalikan uangnya, namun rasa kecewa mungkin akan selalu melekat di hati mereka. 

Baca Juga : Gratis Pasang Iklan Lowongan Kerja

Jadi, selalu mengupdate data stok merupakan sebuah keharusan bagimu. Karena ada pepatah yang bilang “mencegah lebih baik daripada mengobati”. 
4. Menulis Informasi yang Cukup
Dunia nyata berbeda dengan dunia ideal. Di dunia yang ideal, sebuah web mengandung informasi yang lengkap. Dengan begitu, penggunanya bisa dengan mudah membaca berbagai keterangan di sana. Sedangkan di dunia nyata, informasi yang terlalu banyak kadang bisa membuat durasi loading akan lama. Jadi yang terpenting masukkan informasi dengan komposisi yang pas. Letakkan semua selengkap dan sedetail mungkin, jangan sampai durasi loading terlalu lama. 
5. Berikan Beberapa Pilihan Pembayaran
Pelanggan tentu merasa sangat nyaman ketika ada beberapa jenis pembayaran di website ecommerce-mu. Mulai dari metode transfer bank, kartu kredit, hingga dompet digital. Dengan begitu, mereka akan menyesuaikan pilihan dengan pertimbangan mereka sendiri. 

Baca Juga : Cara Dapatkan JHT Formulir BPJS Ketenagakerjaan
6. Hadirkan Customer Service
Jangan lupa hadirkan customer service, meskipun telah website e-commerce-mu sangat bagus karena kemungkinan pelanggan butuh bantuan akan tetap ada. Oleh karena itu, agar kamu dapat dinilai profesional dan ringan tangan, maka bala bantuan harus selalu kamu siapkan kapan saja ketika mereka membutuhkannya. 
7. Ingat Keamanan
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa keamanan menjaga data itu sangat penting. Seperti data alamat, nomor HP, email, dan lain-lain. Ingat, toko online punya banyak data pribadi pelanggan.
Pilihan E-Commerce Website Builder
Salah satu hal yang dapat kamu bangun untuk e-commerce ialah WooCommerce. .

Melalui WooCommerce, kamu bisa membuat situs toko dengan mudah. Karena tools ini merupakan plugin di content management system WordPress. Tools ini juga menyediakan berbagai pilihan alternatif. Misalnya, SIRCLO, Jejualan, dan lain-lain.

Apakah kamu tertarik membuatnya ?. 

Itulah beberapa hal tentang website e-commerce yang Jobnas berikan.

Baca juga: Kenalan Dulu dengan VueJs Jika Ingin Menggunakan Framework Berukuran Kecil