Jobnas Menu

Business

Ghufron Writer Ghufron Writer
1 tahun yang lalu

Jobnas.com – Jika kamu sedang mengincar pekerjaan desain produk, terutama penulis copy-nya, kamu perlu terlebih dahulu membuat portofolio khusus untuk UX Writer. Dokumen ini dapat membantumu akan dilirik oleh calon recruiter. Lebih dari itu, dokumen ini juga bisa mendeskripsikan seberapa jauh kamu menjalani karirmu. 

Setelah kamu memahami pentingnya portofolio, Jobnas.com akan memberikan terkait bagaimana kamu memulai agar kamu tidak salah langkah. Yuk, simak selengkapnya ! 

Taktik Portofolio untuk UX Writer

1. Buat Gambaran Kasar

Tak dapat dibayangkan jika seandainya ada seorang arsitek yang hendak merancang rumah dengan melakukan penumpukan bata terlebih dahulu dan kemudian memasang ubin. Tentu hal tersebut akan sangat menguras tenaga. Di samping itu, dikhawatirkan takut terjadi kesalahan di tengah-tengah proses. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal-hal yang demikian, ia harus membuat sketsa atau menggambar terlebih dahulu. 

Dengan demikian, sebelum membuat portofolio, ia harus membuat gambaran umum secara kasar dulu. Hal ini bisa dirancang dari apa bentuk portofolio yang cocok,  seperti apa desain dan tata letaknya, serta bagaimana mengemas berbagai informasi yang ada. 

2. Kumpulkan Proyek Sebelum-sebelumnya 

Hal yang wajib ada dalam sebuah Portofolio UX Writer adalah proyek yang sudah kamu selesaikan. Kamu bisa memilih beberapa proyek saja. Dengan kata lain, jangan masukkan semua pekerjaan dan pengalamanmu. Justru hal ini akan membuatnya terlalu tebal. Pilihlah proyek yang presisi dan bisa menunjukkan skillmu. Ingat, tujuan dari portofolio adalah memamerkan kualifikasimu. 

3. Ceritakan Proses

Hal yang penting dilakukan adalah memberikan penjelasan di samping menunjukkan karya produk. Hal ini dilakukan agar recruiter tidak kebingungan saat membaca portofoliomu. Kamu bisa memulainya dengan memberikan penjelasan sekaligus uraian yang memudahkan. Seperti, apa masalah yang ada? Bagaimana solusi yang kamu buat?

Baca Juga: Apa itu Inflasi? Berikut Penjelasan Lengkap beserta 4 Penyebab Terjadinya Inflasi

4. Cari Inspirasi dari Portofolio yang Sudah Ada

Mengintip portofolio UX writer yang sudah beredar adalah solusi ketika kamu masih kebingungungan mau menulis apa. Misalnya, intip penilaian portofolio dan hasil kurasi dari UX Collective. Kamu juga bisa mengintip dan mencari situs-situs lainnya.

5. Jangan Lupakan Informasi Penting

Jangan lupa, ada berbagai hal penting yang wajib ada di dalam portofolio. Salah satunya adalah kontakmu. Kamu punya testimoni dari rekan kerja atau atasan? Jangan lupa sisipkan juga di dalamnya, ya!

Belum Pernah Punya Proyek UX Writing?

Perlu diketahui bahwa UX writer memang pekerjaan yang belum lama hadir. Tak pelak, banyak orang yang belum berpengalaman ingin masuk ke dalamnya. Jika kamu salah satunya, bagaimana caranya membuat portofolio UX writer?. Menurut UX Writers Collective, kamu bisa mengkreasikan tulisan yang sudah kamu miliki. Seperti, kamu mungkin merupakan seorang penulis di majalah musik. Kamu pernah meliput soal musisi independen baru.

Bagaimana kamu mengemas tulisan agar pembaca memahami musik yang belum pernah ia dengar? Kamu tentu harus membuat tulisan agar pembaca bisa mudah mengerti. Hal itu merupakan tujuan dasar dari UX writing. Dengan demikian, kamu bisa memasukkannya ke dalam portofoliomu. Di samping itu, menurut UX Booth kamu juga bisa membuat contoh dari kehidupan sehari-sehari. Seperti, ada produk yang menurutmu kurang baik copy-nya. Coba buat perbaikannya, lengkap dengan alasan serta penjelasan lainnya.

Baca Juga: 5 Hal ini Bisa Bikin Kamu Gagal Mendapatkan Promosi Jabatan

Demikian tips dan trik dari Jobnas.com dalam membuat portofolio untuk UX writer. Implementasikan satu per satu agar daftar proyekmu ini makin menarik. 

Ghufron Writer Ghufron Writer
1 tahun yang lalu

Jobnas.com – Ketika kamu mencari sebuah barang melalui Google, tiba-tiba semua iklan digitalmu menampilkan barang yang ingin kamu cari tersebut. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi ? Contextual Marketing adalah jawabannya. Strategi inilah yang membuat perusahaan bisa menekan biaya pemasaran. Alih-alih gagal total, tujuan mereka malah tercapai. 

Baca Juga: 5 Tips Membuat Instagram Live yang Menarik Banyak Followers

Di artikel ini, Jobnas.com akan mendeskripsikan terkait Contextual Marketing yang perlu kamu kenali. Yuk, simak selengkapnya !

Pengertian Contextual Marketing

Angga sedang mencari parfum di e-commerce. Namun, ia belum menemukan produk yang kurang tepat. Tak lama kemudian, ia memutuskan untuk mengalihkan perhatiannya terlebih dahulu. Angga pun memutuskan untuk membaca sebuah artikel informatif di media online. Seiring dengan hal tersebut, ia tersentak.  Pasalnya, ada banyak iklan parfum di sana.

Padahal, tidak  ada yang memberitahu siapa pun soal pencarian e-commerce-nya. Entah bagaimana, iklan tersebut bisa sangat sesuai dengan apa yang tengah ia cari-cari. Nah, kenapa hal yang demikian mesti terjadi ? Contextual Marketing adalah jawaban yang tepat. Menurut, New Breed Marketing, pada dasarnya jenis pemasaran ini berorientasi mengikuti keadaan audiens.  

Bagaimana perilaku mereka? Seperti apa kondisi mereka sekarang? Kapan audiens mengakses sebuah informasi?. Nah, iklan sendiri adalah satu dari banyak penerapan contextual marketing. Menurut Harvard Business Review, masih ada contoh lainnya. Dalam laporan tersebut, digambarkan contoh campaign milik perusahaan FCMG, Johnson & Johnson. Lebih spesifik lagi, milik salah satu merek perawatan kulit mereka, Clean & Clear.

Clean & Clear punya target pasar remaja perempuan. Kaum muda ini punya kebiasaan mengobrol secara online seperti kebanyakan. Melalui peluang inilah Clean & Clear masuk. Jadi, mereka memiliki program kartu pos. Dalam konteks ini, kartu pos tidak sembarangan dibuat. Pasalnya, melalui kartu pos inilah kamu akan mendapatkan analisis kulit dan mendapat sampel produk. Campaign ini disesuaikan dengan konteks audiens. Ia tidak asal-asalan dibuat. Ini merupakan salah satu alasan di balik suksesnya strategi ini.

Pentingnya Contextual Marketing

Setelah kamu menilik contoh pengaplikasiannya dan suksesnya pemasaran kontekstual. Kamu juga perlu memahami pentingnya strategi contextual marketing ini. Menurut Marketing Insider Group, inilah alasannya kenapa kamu harus memilih strategi tersebut:

1. Hemat Biaya

Kamu tak perlu banyak mengeluarkan uang dengan pemasaran kontekstual. Akan tetapi, data menjadi sangat penting. Melalui data, kamu dapat mengetahui audiens. Hal inilah yang membuat kamu mudah menciptakan konteks dengan presisi. Kamu bisa membuat buyer pesona sebagai alat bantu. CRM juga bisa menolongmu memahami audiens.

2. Pengalaman dan Kepuasan Pelanggan

Setiap orang pasti senang saat menemukan solusi dari masalah. Apalagi bagi pelanggan, tentu mereka menyukai hal tersebut. Contextual Marketing dapat memberikan jalan keluar bagi masalah audiens. Jadi mereka tidak perlu lama-lama, mereka akan langsung mendapatkan solusinya. 

3. Customer Engagement

Harvard Business Review telah memberikan contoh soal campaign. Dalam contoh tersebut, pelanggan ikut mempromosikan produk. Ini merupakan salah satu kelebihan pemasaran kontekstual. Melaluinya, hubungan relasional antara kamu dan audiens bisa tercipta. Dengan begitu, kamu mendapat promosi gratis dari mereka.

4. Peluang Penjualan Produk

Conversion rate juga akan meninggi, lewat pemasaran kontekstual. Hal ini disebabkan karena iklan disesuaikan dengan keadaan audiens. Tentu hal ini terbilang lebih efektif dari pada hanya sekadar marketing biasa. 

Pro dan Kontra Soal Contextual Marketing

Meski pemasaran kontekstual memiliki berbagai macam kelebihan, kamu harus tetap berhati-hati. Hal ini disebabkan karena contextual marketing adalah strategi yang cukup sensitif. Oleh karenanya tidak semua orang menyukainya. 

Kita kembali ke cerita Angga. Saat harus membuat iklan yang sesuai dengannya, kamu membutuhkan data soal Angga. Lalu, produk apa yang baru ia lihat di e-commerce? Lewat mana iklan bisa dipasang?. Banyak orang yang kurang setuju terhadap penggunaan data ini. Bagi mereka, ini dianggap melanggar privasi. Sehingga dari sinilah kemudian strategi ini banyak memicu pro-kontra. 

Baca Juga: Pertimbangan Membuat Studi Kasus Untuk Marketing

Demikian informasi dari Jobnas.com tentang pemasaran kontekstual. Jangan lupakan trik murah namun mujarab ini, ya! Masih ada banyak strategi dalam dunia marketing, lho. Semua wajib kamu pahami demi kesuksesan perusahaan dengan membaca artikel-artikel serupa di Jobnas.com. 

Ghufron Writer Ghufron Writer
1 tahun yang lalu

Jobnas.com – Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin masif, semakin banyak pula strategi Marketing yang digunakan perusahaan. Nah, salah satunya adalah Astroturfing, atau kepanjangan dari ‘Astroturf Marketing’. 

Meskipun tak jarang berhasil, astroturf marketing dinilai sebagai strategi marketing yang dinilai berisiko dan bisa membahayakan brand itu sendiri.

Baca Juga: Pentingnya Pengembangan Pelanggan dalam Strategi Perencanaan Bisnis

Mengapa demikian? Yuk, temukan jawabannya dan pelajari lebih lanjut tentang hal tersebut dalam artikel Jobnas.com berikut ini!

Pengertian Astroturfing

Secara definitif, astroturfing adalah usaha perusahaan atau brand membuat kesan dukungan dari berbagai kalangan yang tersebar luas terhadap suatu hal, misalnya kebijakan, pemerintahan, dan lain-lain. Nah kerap kali hal ini juga diterapakn dalam strategi marketing. 

Menurut Big Commerce, astroturf marketing merupakan kampanye yang dilakukan untuk membuat kesan sebuah produk atau jasa dicari banyak orang atas keinginannya sendiri. Akan tetapi, sebenarnya hal ini didorong oleh sebuah perusahaan atau brand dan tidaklah jauh berbeda dari konten bersponsor.

Untuk membuat sebuah gerakan terlihat tampak organik, perusahaan biasanya menyembunyikan partisipasi atau sponsorship-nya. Astroturfing kini hal yang cukup lumrah dalam internet marketing. Untuk menyampaikan pesan bersponsor atau konten secara meyakinkan lewat kanal-kanal tertentu seperti media sosial, blog, dan lain-lain,  hal ini dilakukan dengan mengerahkan sekelompok orang.

Tidak hanya untuk mempromosikan produk atau jasa, astroturf marketing adalah salah satu cara untuk menciptakan kesan atau citra brand tertentu.

Strategi Umum Astroturfing

Meninggalkan komentar menggunakan identitas yang berbeda-beda merupakan hal yang paling sering dilakukan untuk upaya astroturfing dalam marketing. Kamu dapat memanfaatkan berbagai platform media sosial untuk merealisasikan strategi ini. 

Di samping itu, respons yang diberikan biasanya sangat cepat, misalnya untuk membangun  sebuah trending topic di Twitter dan membuat orang-orang merasa ini adalah hal yang penting dan patut disimak. Dalam hal-hal politis sekalipun, upaya astroturfing ini kerap sering digunakan. 

Baca Juga: Mencari Sponsorship Online? Berikut Tips, Jenis dan Manfaatnya

Dalam hal ini seperti mengundang orang dengan latar belakang relevan dan kredibel untuk menyampaikan opininya mengenai suatu topik yang sedang berusaha digencarkan, dan lain-lain. Untuk marketing, biasanya astroturfing akan kelihatan lebih santai, meskipun tujuannya juga untuk menciptakan perbincangan yang viral sehingga awareness atau kesadaran calon konsumen bisa ditingkatkan.

Dilansir dari Study.com, astroturfing merupakan salah satu taktik marketing yang kurang disarankan untuk dilakukan. Hal ini tentu membuat pesan kampanye yang disebarkan terasa lebih kredibel dan otentik dibanding menggunakan iklan, jika tidak disadari oleh para konsumen. 

Untuk meningkatkan brand image dan keuntungan perusahaan, astroturf marketing biasanya selalu sering digunakan. Namun, jika kenyataannya terkuak, hal ini bisa berbalik menjadi hal yang merugikan bisnis.

Bentuk Astroturfing

Untuk mempromosikan suatu barang atau jasa ada beberapa bentuk astroturfing di internet yang sering ditemukan hingga sekarang, yaitu:

  • Blogger membuat artikel tentang review produk. Post ini seakan-akan jujur dan -tidak memihak brand tersebut.
  • Menciptakan persona palsu di internet untuk membagikan post serupa sehingga menimbulkan kesan ide populis.
  • Pemasangan iklan di situs-situs khusus yang mengarahkan pengunjung pada situs brand atau produk.
  • Membayar sebuah akun media sosial di Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain untuk fokus pada suatu brand atau produk tertentu.

Jika hal-hal ini dilakukan untuk mengalahkan perusahaan saingan, hal itu pun dianggap sebagai astroturfing.

Kenapa Umumnya Tidak Disarankan?

Praktik ini adalah strategi marketing yang kurang disarankan, seperti yang telah disebutkan di atas. Langkah ini mungkin memiliki garis pembeda tipis dengan langkah lain untuk beberapa kasus di internet.

Baca Juga: Terapkan White Noise untuk Meningkatkan Produktivitas

Tentu akan menjadi sebuah resiko besar bagi perusahaan apabila praktik ini terbongkar. Salah satu resikonya adalah munculnya public relations crisis bagi perusahaan, di samping menimbulkan malu. Di beberapa negara, praktik ini bahkan bisa menimbulkan jerat hukum bagi para pelakunya.

Itulah penjelasan Jobnas.com terkait Astrotourfing. Nah, sudah lebih paham, kan, mengenai astroturfing? Apakah menurutmu strategi marketing ini baik? Atau justru tidak?

Ghufron Writer Ghufron Writer
1 tahun yang lalu

Jobnas.com – Saat ingin mengambil keputusan bisnis, mana metode yang tepat untuk kamu pilih antara data-informed dengan data-driven. Sebetulnya, di era data analytics ini kamu bisa menggunakan keduanya. Namun, dari masing-masing keduanya tentu memiliki kekurangan sekaligus kelebihan masing-masing. Selain itu, konteks penggunaannya juga bisa berbeda-beda.

Baca Juga: Cek Kartu BPJS Kesehatan Aktif Atau Tidak

Kira-kira, apa saja yang harus dipertimbangkan sebelum memilih salah satu di antara metode ini? 

Di artikel ini, Jobnas.com akan menjawab pertanyaan itu. Sebelum itu, kamu harus memahami dulu terkait definisi dari keduanya. Yuk, simak selengkapnya di bawah ini !

Pengertian Keduanya

Nah, tentu kamu harus berkenalan dulu dengan  data-driven dan data-informed sebelum masuk pada inti pembahasan artikel ini. 

1. Data-Driven

Data-driven adalah sebuah proses pengambilan keputusan. Keputusan ini ditentukan atas dasar data. Oleh karena itu, tak sembarang mengambil data ini. Pengambilan keputusan akan melenceng jika tanpa data. Hal ini terjadi karena manusia punya banyak bias dan asumsi. 

Di samping itu, data ini menawarkan ukuran objektif atas suatu fenomena. Dengan alasan ini, data bisa membantu manusia. Metode ini sedang banyak diterapkan di berbagai industri, seperti ditulis oleh Northeastern University.

2. Data-Informed

Seperti data-informed, data-driven merupakan proses pengambilan keputusan berbasis bantuan data. Namun, kamu tak hanya mengandalkan data saja. Menurut Segment, ada pula pertimbangan pengalaman lalu, riset pengguna, dan informasi penting lainnya. Hal ini menandakan bahwa data yang kamu miliki akan diperkaya oleh berbagai konteks. Kamu tak semata-mata mengambil keputusan atas dasar data saja.

Baca Juga: Process Mining, Pengertian, Jenis, Manfaat, dan 7 Contoh Penggunaannya

Data-Driven vs Data-Informed

Pembahasan inti pada artikel ini sebetulnya mengerucut pada persoalan mana yang lebih baik antara data–driven atau data–informed. Pada hakikatnya, setiap manusia tentu memiliki semacam bias-bias. Menurut Cleverism, data–driven merupakan metode yang minim akan hal ini.

Di samping itu, tidak butuh waktu yang lama untuk melakukannya.  Kamu tak perlu memperkaya data dengan informasi lainnya. Kendati demikian, kamu akan membutuhkan banyak sekali data untuk menggunakan metode ini. Hal ini disebabkan karena data yang sedikit bisa jadi punya outlier atau nilai ekstrim yang besar. Oleh karena itu, hal ini akan membuat datamu tidak akurat. Sehingga, pada akhirnya keputusan yang diambil kurang presisi. 

Baca Juga: Sama-Sama Mudahkan Transaksi, Apa Perbedaan Digital Banking, Mobile Banking dan Internet Banking?

Untuk data–informed, sebenarnya metode ini kekurangan data berupa nilai ekstrim.  Sebab, dalam teknik data–informed, data akan dianalisis lebih lanjut dengan beragam informasi. Proses ini bisa menghasilkan fakta sebenarnya, tanpa nilai ekstrem apa pun. Di samping itu pula, metode ini akan memudahkanmu menekan dampak kesalahan teknis. Misalnya, adanya error dalam ekstraksi data dan lain sebagainya. Sayangnya, faktor manusia jadi kekurangannya. Glints sudah sempat menyinggung hal ini di atas.

Sang analis harus teliti dan hati-hati dalam menggunakan metode ini, karena sekali lagi masing-masing manusia memiliki bias. 

Nah, setelah kamu mengetahui keduanya, kamu pasti akan bertanya-tanya teknik apa yang mesti kamu pilih ?. Seperti dikutip dari Techsauce, ada beberapa pertimbangan yang bisa kamu pikirkan. Pertimbangan itu di antaranya:

  • Pilih data–informed, jika data kurang lengkap.
  • Pilih data–informed, jika ada banyak faktor eksternal dalam pengambilan keputusan. 
  • Pilih data–driven, jika belum punya banyak tenaga atau perusahaan masih kecil.

Baca juga: Kenali 4 Tanda Bekerja Secara Remote yang Tidak Efektif

Demikian informasi dari Jobnas.com tentang data-driven vs data-informed. Jadi, bagaimana? Metode apa yang ingin kamu terapkan?

Ghufron Writer Ghufron Writer
1 tahun yang lalu

Jobnas.com – Kira-kira apa saja, sih, tanda bahwa flow Bekerja secara Remote tidak efektif? Apakah dari diri sendiri atau mungkin juga dinamika tim yang tidak terjaga? Kamu harus mengenali kira-kira apa saja tanda bahwa flow bekerja secara remote tidak efektif. Apakah hal tersebut karena berangkat dari diri sendiri atau bahkan ada dinamika tim yang tidak terjaga ? Di artikel ini, Jobnas.com akan mendeskripsikan mengenai 4 tanda yang harus kamu kenali serta bagaimana cara mengatasinya. Yuk, baca selengkapnya !

Tanda-Tanda Bekerja Remote Tidak Efektif

1. Tim Mengadakan Terlalu Banyak Meeting

Pasti kamu pernah mengalami momen ada meeting non-stop, terutama saat pandemi melanda. Ada berbagai macam alasan yang menganggap bahwa hal ini merupakan ganti dari pertemuan langsung. Padahal, ternyata terlalu banyak meeting merupakan tanda bekerja remote tidak berlangsung dengan efektif.

Baca Juga: Mencari Sponsorship Online? Berikut Tips, Jenis dan Manfaatnya

Menurut Hubspot, ada banyak pembahasan dalam meeting yang seharusnya cukup jelas jika didiskusikan hanya melalui email atau chat. Alhasil, waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk fokus bekerja jadi terbuang begitu saja.

2. Tidak Ada Kontribusi Langsung saat Meeting

Tak begitu banyak orang yang berbicara dalam sebuah meeting merupakan tanda lain bekerja dengan tim secara remote tidak efektif. Dalam setiap meeting, yang dibicarakan hanya yang itu-itu saja yang bicara. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengajukan pertanyaan ke semua anggota tim, atau mungkin menggunakan metode lain untuk diskusi. Hal ini disebabkan karena tidak semua orang merasa nyaman jika harus bicara di depan orang banyak, meskipun hanya melalui layar saja.

3. Komunikasi Tidak Lancar

Komunikasi yang tidak lancar seringkali terjadi dalam sebuah meeting atau pertemuan. Selain sudah disibukkan dengan pekerjaan sendiri, tidak ada pertemuan langsung, alhasil tidak ada komunikasi antara satu sama lain. Hal ini juga lah yang menyebabkan terjadinya miskomunikasi di sela-sela pekerjaan.

4. Manajer Mengerjakan Ulang Tugas Anggota Tim

Manajer sampai turun tangan dan mengerjakan tugas anggota tim merupakan tanda selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pekerjaan yang dikumpulkan terlambat, tidak sesuai dengan arahan, atau masih banyak alasan lainnya. Semua ini kembali lagi ke cara berkomunikasi antar anggota tim yang tidak lancar karena bekerja secara remote. Dalam konteks ini, manajer harus bisa membuat sesi diskusi bersama untuk membicarakan permasalahan yang sedang terjadi.

Cara Mengatasinya

Nah, tentu setelah kamu mengetahui tanda-tanda penyebab flow bekerja tidak efektif, kamu juga harus memahami bagaimana cara mengatasinya. Dilansir dari Business.com, membuat framework yang jelas merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Mulai dari jam kerja, apa saja yang harus dikerjakan, sampai jadwal yang rapi.

Pastikan pula jika kamu ingin mengadakan sebuah meeting untuk mengetahui pertemuan tersebut benar-benar diperlukan atau justru membuang-buang waktu saja. Untuk itu, agar meeting lebih terstruktur dan waktu bekerja lebih optimal, kamu harus membuat agenda yang jelas. Hal ini dilakukan agar bisa meminimalisir terjadinya meeting yang bertele-tele dan melelahkan itu. 

Baca Juga: Untuk Menjaga Perusahaan dari Kerugian, Kenali Proses Manajemen Krisis

Nah, itu dia penjelasan Jobnas.com mengenai berbagai macam tanda yang menunjukkan flow pekerjaan tim secara remote tidak efektif. Kamu dan tim diharapkan bisa bekerja sama secara lebih baik lagi meskipun tidak berada dalam satu atap.

Ghufron Writer Ghufron Writer
1 tahun yang lalu

Jobnas.com – Manajemen krisis adalah sebuah hal yang harus diimplementasikan untuk menjaga jalannya bisnis bagi sebuah perusahaan. Hal ini disebabkan karena krisis dapat datang kapan saja dan dalam wujud apa saja, termasuk munculnya virus Covid-19 di tahun 2020 lalu.

Tentu dalam berbagai bentuknya, krisis akan berpotensi memperlambat perkembangan bisnis bahkan menghancurkan bisnis itu sendiri. Krisis akan menjadi musuh besar bagi sebuah perusahaan tanpa adanya sebuah manajemen yang baik. Untuk itulah kamu harus memahami tentang Manajemen Krisis serta bagaimana cara mengatasinya secara efektif. 

Baca Juga: What the Meaning of Email?

Pengertian  Manajemen Krisis

Menurut Hubspot, manajemen krisis adalah proses mempersiapkan dan mengelola krisis yang datang secara tidak terduga dan berpotensi mempengaruhi jalannya bisnis. Langkah ini akan membuat perusahaan dapat mengurangi kerugian atau kerusakan yang terjadi dalam bisnisnya serta berusaha untuk memulihkannya dengan cepat.

Pasti dalam berbagai hal, krisis itu selalu ada. Terutama ketika saat menjalankan bisnis. Mulai dari krisis ekonomi, datangnya pandemi Covid-19, maupun krisis dalam bentuknya yang lain. 

Secara garis besar, dalam mengimplementasikannya kamu harus mengidentifikasi ancaman yang datang, memahaminya, lalu mencari cara untuk mengatasinya dengan efektif. Sebagai contoh, tiba-tiba datang sebuah pandemi Covid-19 yang mempengaruhi jalannya bisnis perusahaan.

Dari situlah, kamu penting untuk mengidentifikasi ancaman dengan baik. Mulai ancaman menurunnya penjualan, kurangnya produksi, atau bahkan kurangnya dana untuk menggaji karyawan. Selain itu, kamu harus memahami ancaman tersebut satu per satu dan mencari cara untuk mengatasinya dengan baik. Oleh karena itu, untuk menjaga relasi antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya, maka menangani krisis secara tepat menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan. 

Langkah-Langkah Manajemen Krisis

Seperti yang telah diketahui bahwa manajemen krisis adalah proses mengelola krisis yang berpotensi mengganggu jalannya bisnis. Menurut Hubspot, pada dasarnya menangani krisis tidak hanya sekadar mengelolanya saja. Tentu ada beberapa langkah yang bisa kamu implementasikan dengan baik : 

1. Pra Krisis

Cara terbaik untuk mengatasi krisis adalah mempersiapkan berbagai macam hal sebelum benar-benar terjadi krisis, atau pra krisis. Oleh karena itu, menyiapkan rencana manajemen bisnis dengan maksimal merupakan hal yang harus kamu lakukan ketika terjadi suatu krisis. Beberapa langkah yang bisa kamu lakukan sebelum krisis yaitu di antara adalah membuat manajemen krisis, membentuk tim khusus, serta mengadakan pelatihan kepada tim dalam menangani krisis. 

2. Respons Krisis

Nah, setelah menyusun rencana dengan baik, kamu dapat merespons krisis yang datang secara tidak terduga dengan penuh percaya diri.

Pada tahapan ini, kamu dapat melakukan proses manajemen krisis melalui rencana-rencana yang telah dibuat sebelumnya.

3. Pasca Krisis

Nah, tugasmu tidak hanya berhenti saat ketika krisis mereda. Setelah itu, kamu juga harus rutin mengadakan evaluasi penanganan krisis dengan meminta feedback kepada orang-orang yang telah bersinggungan denganmu, khususnya dalam ranah bisnis. Baik itu karyawan, pelanggan, stakeholder, dan lain-lain. Manfaatkan mereka untuk diminta pendapatnya terkait pengalaman penanganan krisis di masa sebelumnya, setelah itu ketahui apakah sudah cukup berhasil dalam menstabilkan bisnis atau masih kurang. Sehingga dari situ kamu dapat menyiapkan rencana yang lebih maksimal lagi untuk mengatasi krisis di kemudian hari. 

Tips Melakukan Manajemen Krisis dengan Efektif

Setelah kamu mengetahui terkait pengertian dari manajemen krisis serta langkah-langkah untuk mengimplementasikannya, Jobnas.com akan memberikan beberapa tips untukmu dalam melakukannya supaya dapat berjalan dengan efektif:

1. Bentuk Tim Manajemen Krisis

Membentuk tim terlebih dahulu merupakan tips pertama dalam menjalankan manajemen krisis. Pasalnya, dengan tim khusus perusahaan akan sangat terbantu kalau misalnya terjadi suatu krisis. Jangan lupa pula untuk melakukan pelatihan penanganan krisis agar mereka mendapatkan bekal yang diperlukan setelah membentuk tim manajemen krisis. 

2. Bersikap Konsisten

Menurut RH Strategis,  salah satu hal yang penting dilakukan oleh perusahaan adalah tetap konsisten di masa krisis, terutama konsisten dalam menyampaikan pesan. Kamu bisa mengatur satu platform media sosial yang sering kali didengar oleh audiens, setelah itu sampaikan pesan terkait apa yang terjadi di dalam bisnismu sekarang. Dalam menyampaikan pesan, usahakan disampaikan oleh satu juru bicara agar audiens dapat fokus mengikuti perkembangan bisnismu dengan baik.

3. Tetap Tenang dan Profesional

Sikap tenang dan profesional merupakan hal yang penting dilakukan saat terjadi krisis.  Jangan sampai mengeluarkan pernyataan yang mengakibatkan bisnismu semakin hancur. Hal ini hanya akan menyebabkan audiens merekam pernyataan tersebut dan menyebarkannya di media sosial. Dengan demikian, langkah yang harus kamu lakukan adalah tenangkan pikiran terlebih dahulu, jangan terburu-buru dalam menangani krisis. Selain itu, menjadi profesional sangat penting supaya perusahaanmu dapat keluar dari krisis dengan cepat.

Baca Juga: Apakah SEO Bisa Melakukan Google Autocomplete? Simak Lengkapnya di Sini!

Itulah penjelasan singkat Jobnas.com mengenai manajamen krisis beserta tips dalam menanganinya dengan efektif. Tentu masih banyak informasi yang dapat kamu ketahui terkait dunia bisnis, marketing, hingga dunia kerja dengan membaca artikel-artikel yang tersedia di Jobnas.com. 

Ghufron Writer Ghufron Writer
7 bulan yang lalu

Jobnas.com – Dalam proses seo ini, kamu bisa menggunakan Google Autocomplete untuk meriset keyword untuk sebuah konten. Selain itu, fitur ini juga tersedia secara gratis dan kamu bisa menggunakannya dengan sangat mudah. Tentu kamu semakin penasaran setelah mengetahui fakta itu. Nah, di artikel ini Jobnas.com akan mendeskripsikan terkait hal tersebut melalui penjelasan di bawah ini.

Pengertian Google Autocomplete

Secara definitif, Google Autocomplete merupakan merupakan fitur milik mesin pencari bernama ‘Google’. Cara kerjanya adalah mencoba “menebak” apa yang sedang ingin kamu cari di internet. Seperti kamu mengetik “din-f”, nah, di tengah-tengah ketikanmu akan muncul saran pencarian. Supaya lebih memahami terkait hal tersebut urutannya.

Lalu, mengapa kamu harus mengetahui fitur ini? Dilansir dari Search Engine Journal, Google Autocomplete bisa dimanfaatkan untuk SEO. Lebih tepatnya, ia bisa dimanfaatkan untuk riset keyword. 

Cara Kerja Google Autocomplete

Tentu kamu harus mengetahui terlebih dahulu terkait cara penggunaan fitur yang satu ini. Nah, dalam konteks ini, menurut Keyword Tool, setidaknya ada 4 cara untuk mengetahui cara kerjanya:

Baca juga: Tingkatkan Penjualan dengan Metode Lead Scoring & Prioritas yang Tepat

1. Lokasi dan Bahasa

Ternyata, tempatmu mencari informasi akan mempengaruhi hasil pencarian. Bahkan, hal ini juga terjadi saat kamu mencari dengan browser dengan fitur Incognito. Selain itu, bahasa yang kamu gunakan juga punya pengaruh, lho. Jika kamu memilih bahasa tertentu, saran dari Google juga akan berbeda.

2. Search History-mu

Ketika Google menyimpan deretan sejarah pencarianmu,  hal ini bisa memicu bias dalam Google Autocomplete. Dengan demikian, hapus dulu semua informasi itu, ya!

3. Topik Tren

Sebelum menggunakan Google Autocomplete untuk SEO, kamu wajib mengetahui kata kunci yang tengah banyak dicari bisa ada di saran Google bagian atas. Jika artikel yang ingin kamu gunakan bersifat evergreen, tentu keyword tersebut kurang tepat. Hal yang sebaliknya berlaku jika kamu tengah merancang konten seasonal.

Baca Juga: Bagaimana Cara Menjadi MC yang Baik? Perhatikan 5 Skill Ini

4. Banyaknya Pencari Keyword

Biasanya, Google juga menaruhnya di bagian atas saran pencarian. Biasanya, Google akan menaruh informasi yang ingin orang ketahui di bagian atas saran pencarian. Ternyata fakta ini membuat Google Autocomplete bisa dimanfaatkan untuk pencarian keyword. 

Ketik saja satu sampai dua kata yang ingin kamu tulis. Google akan memberikan berbagai kata kunci yang banyak digunakan orang.

Yang Tak Mungkin Masuk Autocomplete

Demi menjaga kualitas pencariannya, Google “membuang” beberapa keyword dari sarannya. Hal ini tentu harus kamu ketahui sebelum menggunakan Google Autocomplete untuk SEO. Melansir situs resmi Google hal-hal tersebut, di antaranya adalah:

  • Mengandung unsur pornografi (di luar pencarian fakta medis)
  • Mengandung kegiatan berbahaya
  • Mengandung kebencian pada suku, agama, ras, atau antargolongan
  • Mengandung kekerasan

Tips Memanfaatkan Google Autocomplete untuk SEO

Setelah kamu memahami cara kerja dari Google Autocomplete. Saatnya sekarang membahas implementasinya dalam SEO. Nah, Neil Patel setidaknya memiliki tiga tips untuk melakukannya, yaitu : 

1. Keluar Dari Akun Google

Tentu sudah tidak asing lagi bagi kamu ketika pergi ke Google akan menemukan search history. Nah, ternyata Search History juga bisa mempengaruhi hasil pencarian. Keluar saja dari akunmu, jika kamu tak ingin repot menghapus sejarah ini. Kamu bisa menyalakan fitur Incognito apabila dirasa terlalu repot.  Meskipun demikian, trik ini tidak mengubah pengaruh lokasi.

2. Gunakan VPN

Ingat, tempat pencarian bisa memengaruhi Google Autocomplete. Apalagi audiensmu misalnya ada di belahan dunia. Oleh karena itu, kamu dapat menggunakan VPN sebagai solusi. Jika sasaran kontenmu ada di Korea Selatan, pilih saja lokasi itu sebagai tujuan VPN-mu. Setelah itu, barulah gunakan Google Autocomplete untuk SEO.

3. Sesuaikan Bahasa

Ubah dulu bahasa akunmu ke bahasa audiens. Hal ini disebabkan karena bahasa juga dapat memengaruhi rekomendasi pencarian Google. 

Baca Juga: Yuk, Ketahui 5 Fitur Android 13 yang Berfungsi Meningkatkan Produktifitas Kalian

Itulah informasi dari Jobnas.com mengenai pemanfaatan fitur ini. Bagaimana, apakah kamu tertarik menggunakan Google Autocomplete untuk SEO? Apabila demikian, selamat, kamu selangkah lebih baik daripada kompetitor. Akan tetapi, kamu tetap wajib menerapkan trik content marketing lainnya.

Ghufron Writer Ghufron Writer
1 tahun yang lalu

Jobnas.com – Sekitar 75 % diperkirakan lead tidak terkonversi menjadi penjualan atau pelanggan. Melalui Lead Scoring setidaknya menjadi salah satu cara untuk melancarkan sales dan Marketing. Untuk meningkatkan konversi lead menjadi pelanggan, tak jarang para marketer menggunakan metode semacam ini. 

Nah, jika kamu ingin mencobanya, Jobnas.com akan menjelaskan bagaimana metode lead scoring itu. Yuk, simak selengkapnya ! 

Pengertian Lead Scoring

Metode lead scoring merupakan suatu metode yang seringkali dilakukan dalam bidang sales dan marketing. Dalam metode ini, terdapat aktivitas pemberian nilai atau ranking untuk menentukan seberapa tertarik seorang lead terhadap bisnismu. Selain itu, pemberian nilai pada lead juga menunjukkan posisi mereka saat ini di buying cycle ataupun sales funnel.

Baca Juga: 5 Tips Membuat Instagram Live yang Menarik Banyak Followers

Ada berbagai cara untuk melakukan penilaian terhadap prioritas lead ini. Mulai dari memberikan nilai maupun ranking dengan huruf seperti A, B, C, D hingga dengan mengelompokkan para lead ke dalam kelompok hot (panas; cepat melakukan pembelian), warm (hangat), atau cold (proses menuju pembelian lama).

Dikutip dari HubSpot,  untuk memprioritaskan lead proses ini harus dilakukan, merespons pada mereka dengan sesuai, dan meningkatkan jumlah lead yang menjadi pelanggan.

Secara sederhana, untuk mengetahui prospek manakah yang layak diusahakan agar bisa menjadi pelanggan dan mana yang tidak berdasarkan tingkat ketertarikan dan kecocokan mereka dengan produkmu kita bisa melakukan cara ini.

Manfaat Lead Scoring

Setelah mengetahui definisi lead di atas, tentu kamu harus memahami terkait manfaat lead scoring ini. Pasalnya, lead scoring adalah strategi marketing yang bisa merubah bisnis menjadi lebih efektif. Dengan memberikan penilaian terhadap lead, kerja sama antar tim dalam perusahaan bisa lebih teratur. 

Beberapa keuntungan lainnya dari penerapan strategi ini yaitu :

1. Marketing Campaign yang Lebih Efektif

Manfaat lead scoring yang pertama adalah membuat kita bisa mengetahui campaign dan kanal apa yang sebetulnya dapat menghasilkan lead paling berkualitas. Untuk menyusun strategi marketing yang lebih tepat dan terarah, pengetahuan seperti ini dapat digunakan. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan lead-lead yang lebih baik lagi di waktu yang akan datang.

2. Sinkronisasi Sales dan Marketing

Kerjasama antar departemen marketing dan sales dapat menjadi kurang apik, tanpa melakukan strategi penilaian lead ini. Pada akhirnya proses kerja akan menjadi rumit dan menghasilkan performa yang kurang baik pula ketika kekompakkan itu perlahan mulai tereduksi. Selain itu, ketika kamu menggunakan metode lead scoring setidaknya hal ini akan membantumu memiliki keyakinan bahwa setiap lead yang diinformasikan oleh marketing pada sales adalah lead yang berkualitas baik dan akan mampu dikonversi menjadi pelanggan.

3. Peningkatan Keuntungan

Manfaat lead scoring yang terakhir adalah memudahkan sebuah tim menentukan memprioritaskan mana lead yang paling penting untuk di-follow-up. Hal ini mampu terbukti ampuh untuk meningkatkan keuntungan secara signifikan. Seperti dilansir dari Zoominfo, 35%-50% sales diperoleh para vendor yang merespons paling pertama.

Jenis-Jenis Lead Scoring

Setelah mengetahui berbagai macam manfaatnya, tentunya kamu semakin penasaran terhadap jenis-jenis dari lead scoring ini. Nah, setidaknya ada beberapa jenis atau model lead scoring yang harus kamu ketahui. Model-model ini dikelompokkan berdasarkan data yang dikumpulkan dari para lead.

1. Informasi Demografis

Menggunakan informasi demografis tertentu biasanya sering digunakan dalam lead scoring model ini. Seperti halnya, jika bisnismu hanya menjual pada pegawai kantor saja, berikan pertanyaan pada lead-lead-mu di landing page untuk mengetahui seberapa cocok orang yang datang dengan target audiens yang sudah ditentukan.

2. Informasi Perusahaan

Kamu bisa menggunakan lead scoring model company information untuk mencari mana lead yang cocok dengan bisnismu, jika bisnismu adalah organisasi B2B.

3. Online Behavior

Untuk mengetahui ketertarikan lead terhadap produk yang kamu tawarkan bisa dilihat dari cara mereka berinteraksi dengan situsmu. Kamu bisa menggunakan cara dengan melacak apa saja yang mereka download, berapa banyak, dan laman-laman apa saja yang dikunjungi saat berselancar di web yang bisnismu punya.

4. Email Engagement

Salah satu alternatif yang juga dapat kamu pilih adalah lead scoring berdasarkan informasi email engagement. Kamu mesti melacak open rate dan click through rate untuk mendapatkan data yang diinginkan. Hal ini pada muaranya membuatmu akan mengetahui tingkat ketertarikan lead yang ada. Hanya dengan cara seperti ini, tim marketing dan sales bisa berfokus pada lead-lead yang tampaknya paling tertarik.

5. Social Engagement

Model social engagement juga merupakan jenis lead scoring yang bisa mengetahui tingkat ketertarikan pelanggan. Lead scoring model ini adalah metode yang memanfaatkan data dari media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain.

Baca Juga: Data Migration dan 5 Strategi untuk Mempersiapkannya

Kamu bisa melacak berapa kali mereka mengklik post yang dibuat dan berapa kali mereka membagikannya. Nilai tertinggi tentunya diberikan pada lead yang aktif berinteraksi dengan media sosialmu dan mereka dapat diprioritaskan agar menjadi pelanggan.

Itulah pemaparan Jobnas.com mengenai metode lead scoring untuk marketing dan sales yang lebih sukses. Nah, meskipun terbilang sederhana, dampaknya bisa cukup besar bagi operasi bisnismu, lho. Jadi, catat dan cobalah jika belum, ya!

Ghufron Writer Ghufron Writer
1 tahun yang lalu

Jobnas.com – Big data menjadi salah satu hal terpenting bagi bisnis di era modern ini. Hal ini dikarenakan proses data integration dan Data Migration merupakan dua hal yang mesti dilakukan dengan baik. Nah, data integration merupakan tahapan pertama dalam proses pengolahan data. Sesuai namanya, dalam tahapan ini dilakukan proses penggabungan data dari berbagai sumber.

Setelah digabungkan, data pun dipindahkan ke lokasi penyimpanan baru, yang membutuhkan tahapan data migration dengan rencana mata. Nah, apa saja yang perlu diperhatikan dalam salah satu proses penting ini? Yuk simak penjelasan Jobnas.com.

Pengertian Data Migration

Menurut IBM data migration adalah proses mentransfer data dari satu sistem penyimpanan ke yang lainnya. Perusahaan perlu melakukan data migration ketika mereka hendak mengganti server atau perangkat penyimpanan data. Selain itu, alasan lain mengapa dilakukannya data migration adalah untuk merombak sistem dan meng-upgrade database menjadi lebih canggih.

Untuk saat ini, data migration biasanya dilakukan saat perusahaan ingin berpindah dari aplikasi lokal penyimpanan data menjadi aplikasi berbasis cloud. Kamu tetap memerlukan rencana yang jelas agar metode yang dilakukan bisa berjalan dengan aman apapu alasan untuk melakukan data migration. Selain itu, biaya untuk melakukan proses migrasi data juga perlu dipertimbangkan agar bisa lebih hemat dan efisien.

Beberapa tahapan akan dilibatkan dalam proses ETL atau extract/transform/load seperti transformasi dan pemuatan data. Jadi, data yang diekstrak harus melalui serangkaian persiapan dan baru akan dimuat ke lokasi penyimpanan yang baru.

Jenis-Jenis Data Migration

Kamu perlu mengetahui juga apa saja jenis-jenis data migration setelah mengetahui definisinya. Menurut NetApp, berikut ini beberapa jenis data migration di antaranya adalah:

Storage Migration

Migrasi penyimpanan atau storage migration merupakan jenis data migration yang pertama. Dalam jenis ini data akan dipindahkan dari tempat penyimpanan yang lama ke tempat penyimpanan baru yang lebih canggih. Pada umumnya, perusahaan akan melakukan jenis migrasi data yang satu ini karena ingin pusat datanya bisa diakses lebih cepat dan tentunya lebih aman. Di samping itu, data yang disimpan juga akan lebih mudah dicadangkan saat terjadi suatu masalah.

Cloud Migration

Secara definitif, Cloud migration adalah pemindahan data, aplikasi, atau elemen bisnis lainnya dari pusat data lokal ke database yang berbasis cloud. Ketika data sudah disimpan dalam suatu cloud dan ingin dipindahkan ke cloud yang lain, rupanya juga tetap menjadi bagian dari jenis yang satu ini.

Application Migration

Dalam jenis data migration ini terjadi proses pemindahan program aplikasi dari satu lingkungan database ke yang lainnya.

Jadi, bisa termasuk pemindahan seluruh aplikasi dari pusat penyimpanan lokal ke cloud, perpindahan antar cloud, atau pemindahan aplikasi data ke bentuk baru lainnya.

Strategi Data Migration

Hal yang terpenting dari data migration adalah harus direncanakan dengan baik. Jika perencanaannya kurang baik, tentu saja bisa menyebabkan kerugian seperti kehilangan beberapa bagian data yang diperlukan.

Baca Juga: 6 Tips Membuat Executive Summary atau Ringkasan Eksekutif

Menurut Talend, berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat strategi data migration, yaitu :

1. Pahami Data yang Akan Dipindahkan

Perusahaan harus paham terlebih dahulu apa sebenarnya data yang perlu dipindahkan sebelum melakukan data migration. Di samping itu, perusahaan juga harus mengoreksi apakah semua data tersebut memang layak dipindahkan atau ada yang perlu dibuang. Semua hal itu harus dipahami terlebih dahulu sebelum melakukan proses yang satu ini. Tentu saja hal itu akan membuang waktu jika tidak paham apa tujuan dari dipindahkannya data.

2. Membuat Rencana Proses Migrasi Data

Membuat rancangan proses pemindahan data merupakan tahapan selanjutnya dalam melakukan strategi data migration. Dalam konteks ini, ada beberapa aspek yang harus dipikirkan. Seperti jumlah data yang akan dipindahkan serta model kapasitas penyimpanan data tujuan dan jadwal pemindahannya. 

Nah, segi keamanan dari data sangat penting dipertimbangkan selama proses perencanaan. Pasalnya, keamanan setiap data harus tetap dilindungi selama proses pemindahan.

3. Persiapkan solusi yang diperlukan

Selain merencanakan proses pemindahan data dengan detail, ada beberapa hal lain yang perlu dipersiapkan seperti solusi saat terjadinya masalah.

Misalnya, perusahaan ingin memindahkan data yang bervolume sangat besar, sebaiknya persiapkan cara yang tepat agar tidak ada kesalahan yang terjadi. 

Salah satu caranya yaitu dengan memecah data dengan membuat beberapa bagian kecilnya terlebih dahulu.

4. Lakukan uji coba

Proses uji coba merupakan hal yang sangat penting dilakukan setelah membuat rencana proses pemindahan data. Dalam konteks ini, yang terpenting adalah menguji rencana data migration dan memastikan semua berjalan dengan baik sesuai dengan rencana awal. 

5. Audit

Dalam hal ini, untuk memastikan kelancaran proses pemindahan data, audit menjadi penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, tidak mudah memang melakukan audit. Hal ini dikarenakan ketika melakukan suatu audit harus membutuhkan strategi yang tepat dan ketelitian agar data tetap aman saat dipindahkan. Kamu harus hati-hati dalam melakukan proses ini. Selain itu, jumlah data, pusat penyimpanan data yang baru, hingga para stakeholder-nya harus diperhatikan baik-baik pula. 

Baca Juga: 5 Tools yang Bantu Maksimalkan Konten & SEO Tingkatkan Traffic website

Itulah penjelasan Jobnas.com mengenai Big Data Migration yang perlu kamu ketahui. Jika kamu tertarik dengan hal ini, informasi seputar big data seperti data migration adalah hal yang penting untuk diketahui. 

Ghufron Writer Ghufron Writer
1 tahun yang lalu

Jobnas.com – Dikutip dari Operation Technology, website menjadi tempat paling penting untuk meningkatkan brand awareness hingga mendapatkan leads yang potensial. Tak mengherankan membutuhkan tools khusus untuk meningkatkan jumlah pengunjung atau traffic. Bagaimana tidak, untuk meningkatkan Traffic website memang bukanlah hal yang mudah. 

Konten yang berkualitas hingga pengaplikasian seo yang tepat pada akhirnya akan membuat website lebih cepat berkembang. Nah, pada artikel ini Jobnas.com akan menjelaskan terkait lima tools untuk meningkatkan traffic yang bisa kamu gunakan. 

Baca Juga: Ingin Jadi Sales Representative yang Profesional? Wajib Kuasai 5 Skill Ini

1. SEMrush

SEMrush adalah tools yang bisa membantu meningkatkan traffic yang pertama. Melalui tools yang satu ini kamu dapat menggunakannya untuk menganalisis pesaing sehingga dapat membantu pembuatan strategi konten yang tepat. Di samping itu, tools ini juga memiliki beberapa fitur yang menarik lainnya, selain mampu menganalisis para kompetitor. Seperti ketika kamu ingin melakukan riset keyword, site auditing, hingga backlink sourcing. Nah, fitur riset keyword merupakan salah satu yang paling sering dimanfaatkan oleh banyak marketer.

Selain tools ini bisa menunjukkan keyword yang sedang ramai diperbincangkan saja, di samping itu juga bisa mengarahkan ke keyword yang mampu mendatangkan keuntungan bagi bisnis.

2. Buzzsumo

Untuk meningkatkan traffic website melalui media sosial, buzzsumo juga bisa dimanfaatkan menjadi tools. Hal ini dikarenakan media sosial adalah faktor yang sangat berperan signifikan yang bisa mengarahkan pengunjung ke website.

Search Engine Journal memerikan bahwa Buzzsumo sebagai tools yang paling terkenal untuk mengetahui konten apa yang populer menurut topik atau keyword. Dengan demikian, setelah menganalisis tren, kamu bisa segera membikin konten di website dan membagikannya lewat media sosial.

Menariknya, tools ini juga sangat memungkinkan penggunanya untuk melihat kinerja kompetitor dan memonitor kinerja dari konten yang sudah dibagikan.

3. QuickSprout

QuickSprout adalah tools untuk meningkatkan traffic yang selanjutnya. Bagi Neil Patel, tools ini dapat memberi tahu kita apa yang kurang dari website. Selain memberikan info mengenai apa yang kurang dari website, tools ini juga dapat memberikan saran tentang cara memperbaikinya.

Baca Juga: 5 Tips Membuat Instagram Live yang Menarik Banyak Followers

Performa website mulai dari kecepatan hingga sisi SEO bisa dianalisis dengan mudah lewat tools yang satu ini. Sehingga, kamu akan segera tahu apa sebenarnya kelemahan dari website yang berpengaruh pada jumlah traffic. Selain itu, tools ini juga mampu mendeteksi saat ada gambar yang tidak memiliki alt attribute yang tentunya hal itu bisa berpengaruh pada SEO.

4. Ahrefs

Tools yang satu ini pastinya sudah tidak asing lagi bagi para marketer. Ahrefs memang memiliki banyak fitur canggih yang mampu membantu meningkatkan traffic website. Melalui tools ini, pengguna bisa dengan sangat mudah menganalisis para kompetitor dengan mudah. Namun, salah satu spesialisasi dari Ahrefs adalah dalam hal backlink.

Tools ini memiliki jumlah backlink yang telah diindeks hingga lebih dari 12 triliun. Backlink adalah hal penting yang tidak boleh dilupakan, jika ingin website bisa mendapatkan traffic yang tinggi. Selain itu, Ahrefs juga menyediakan fitur untuk riset keyword yang sarat akan informasi seperti tingkat kesulitan hingga volumenya.

Baca juga: Inventory Management: Membantu Inventaris Bisnis Terencana dengan Baik

5. Google Analytics

Untuk meningkatkan traffic, Google Analytics bisa disebut sebagai salah satu tools terpenting. Jika ingin website-nya sukses, semua marketer sangat membutuhkan tools yang satu ini. Akan menjadi sia-sia jika sebuah website tidak dipantau performanya, meskipun konten tersebut bisa dibilang bagus. 

Pasalnya, tidak melacak hasil performa merupakan salah satu kesalahan yang harus dihindari jika ingin traffic bisa meningkat. Melalui Google Analytics, kamu bisa tahu mana saja konten yang paling menarik audiens.  Selain itu, kamu juga bisa tahu darimana audiens tersebut bisa menemukan konten tersebut.

Baca Juga: Hati-hati dengan Penggunaan False Advertising, Bisa Berdampak Buruk

Ada hal menarik lainnya yang disajikan dari Google Analytics misalnya informasi soal jenis kelamin, lokasi, hingga usia pengunjung website.

Itulah penjelasan Jobnas.com terkait lima tools untuk meningkatkan traffic website yang bisa segera kamu coba gunakan. Tidak mudah memang membuat website agar bisa memiliki traffic yang tinggi dan stabil, tapi bukan berarti kamu tidak perlu mencoba untuk berusaha.